Fakta Ibu Hamil Meninggal Dunia Bersama Bayinya, Ditolak 5 Rumah Sakit saat Mau Melahirkan

- Sabtu, 12 Desember 2020 | 13:56 WIB
Hartina (kiri), dan Ervina Yana (kanan), ibu hamil yang ditolak rumah sakit saat hendak melahirkan. (Ist)
Hartina (kiri), dan Ervina Yana (kanan), ibu hamil yang ditolak rumah sakit saat hendak melahirkan. (Ist)

Untuk yang kesekian kalinya, peristiwa ibu hamil ditolak rumah sakit saat hendak melahirkan dengan alasan belum memiliki hasil tes COVID-19, kembali terjadi di Indonesia.

Kali ini menimpa Hartina di Makassar, Sulawesi Selatan. Mirisnya, perempuan asal Kabupaten Bulukumba itu ditolak bersalin oleh lima rumah sakit sekaligus karena alasan belum punya hasil tes COVID-19 berupa rapid test.

Kabar tersebut dibagikan oleh sejumlah akun media sosial, dengan merujuk pemberitaan salah satu media online.

Di dalam pemberitaan itu disebutkan, peristiwa yang menguras emosi itu terjadi pada Rabu (9/12/2020). Rumah sakit yang diduga menolaknya adalah RS LB, RS K, RS A, dan RS P.

Selain karena Hartina tidak punya hasil rapid test, ada pula rumah sakit yang menolaknya karena alasan ICU penuh.

Setelah ditolak oleh rumah sakit tersebut, Hartina kemudian dilarikan ke RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Namun nahas, nyawanya tak tertolong. Hartina meninggal dunia bersama bayi dalam kandungannya.

Sudah Sering

Hartina bukan perempuan pertama yang mengalami penolakan dari rumah sakit saat hendak melahirkan. Peristiwa seperti ini sudah cukup sering terjadi di Indonesia sejak status Pandemi COVID-19 ditetapkan.

Pada Juni 2020 lalu, seorang perempuan di Makassar bernama Ervina Yana, juga mengalami nasib serupa. Bedanya, ia tak sampai meninggal dunia, namun bayi dalam kandungannya, yang sudah sangat dinantikannya, meninggal dunia.

Dari keterangan yang diterima Indozone.id, Ervina ditolak bersalin karena tak mampu membayar biaya tes Swab (PCR). Pihak rumah sakit beralasan, Ervina baru bisa dilayani kalau sudah menjalani tes Swab yang biayanya mencapai Rp 2,3 juta.

Karena tak dilayani, Ervina kemudian ke Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, berharap rumah sakit milik pemerintah itu berbaik hati menolong. Namun, rumah sakit plat merah itu pun rupanya setali tiga uang dengan RS Stella Marris.

Karena berlarut-larut tak dilayani, bayi dalam kandungan Ervina tak lagi bergerak. Buah hatinya berhenti menedang perutnya. Ervina mulai panik dan sedih, namun dia tetap berusaha berpikiran positif.

Setelah mondar-mandir ke sana kemari, akhirnya ada juga rumah sakit yang menerimanya bersalin dengan biaya tes Swab yang lebih murah, yakni Rp 600 ribu. Rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ananda. 

Sayangnya, saat dideteksi dengan alat persalinan, bayi Ervina sudah tak lagi bernyawa di dalam rahimnya. Ervina pun sangat sedih dengan kenyataan pahit itu. Seandainya kebijakan pemerintah yang disebutkan di awal artikel ini tidak ada, dia bisa langsung dilayani dan bayinya akan lahir dengan selamat.

Masalah yang ditanggungnya pun belum selesai sampai di situ. Pihak RSIA Ananda tidak berkenan mengeluarkan bayi dalam rahimnya yang sudah tak bernyawa, dengan alasan menunggu hasil tes Swab yang baru akan keluar lima hari ke depan.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X