Mantan Mensos Juliari Batubara mengungkap alasan kenapa dia memilih rapat di Labuan Bajo, NTT, saat pandemi Covid-19, dan bukan di Jakarta.
Ternyata tujuannya adalah untuk mempercepat penyerapan anggaran di Kemensos alias agar uang anggaran cepat habis.
"Awalnya rapat pimpinan dilakukan di Jakarta, tapi lalu kami diskusi agar rapat agak jauh dalam rangka membantu destinasi wisata yang memang mengalami penurunan kunjungan luar biasa, jadi itu yang ingin saya luruskan terkait rapim di Labuan Bajo memang untuk percepatan penyerapan anggaran di Kemensos," kata Juliari, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (10/5/2021).
Juliari sendiri didakwa menerima suap Rp32,482 miliar dari 109 perusahaan penyedia bansos Covid-19. Salah satu penggunaan feenya diduga untuk membiayai rapat pimpinan Kemensos di Labuan Bajo dan membayar Cita Citata.
"Pada saat itu 'concern' utama Presiden karena ekonomi kita kontraksi adalah penyerapan seluruh anggaran kementerian, bahkan 7 kementerian dengan anggaran besar sempat dipanggil Presiden untuk segera membelanjakan anggarannya," kata Juliari.
Juliari mengaku bahwa dia hanya menjalankan perintah Presiden Jokowi.
"Presiden ingin ada percepatan anggaran dan penyerapan anggaran cepat dan pada 2020 itu Presiden juga menyampaikan secara terbuka di publik baik melalui Youtube dan lainnya," ungkap Juliari.
"Ada 'statement-statement' keras terkait penyerapan anggaran, oleh karena itu apa yang kurang dari Kemensos setelah kami petakan dan selalu jadi ganjalan anggaran adalah belanja barang yang menurut prognosa kami tidak mungkin tinggi penyerapannya," kata Juliari.
Alhasil, salah satu cara penyerapan anggarannya adalah saat melakukan kunjungan kerja.
"Jadi setelah diskusi bagaimana penyerapannya, maka diputuskan belanja barang dengan paket 'meeting', rapat, perjalanan dinas," ujar Juliari.
