Sriwijaya vs Garuda, Benarkah Nasib Enam Ribu Karyawan Dipertaruhkan?

- Minggu, 10 November 2019 | 19:10 WIB
Pesawat Sriwijaya Air (Sriwijaya)
Pesawat Sriwijaya Air (Sriwijaya)

Tak hanya calon penumpang saja yang menjadi resah atas berakhirnya kerjasama manajemen antara Garuda Indonesia Grup dengan Sriwijaya Air Grup, melainkan juga nasib sekitar enam ribu orang karyawan yang dipertaruhkan jika Sriwijaya Air dan Nam Air benar-benar berhenti beroperasi.

Pengamat penerbangan Alvin Lie dalam pandangannya mengatakan, keputusan manajemen Garuda Indonesia Grup ketika tahun lalu menyatakan bersedia membantu Sriwijaya yang sedang terlilit masalah, salah satunya adalah mempertimbangkan ribuan karyawan dan Sriwijaya Air Grup yang terancam di PHK jika maskapai tersebut berhenti beroperasi.  

"Saya tahu persis bagaimana proses awal Sriwijaya meminta bantuan kepada Garuda Indonesia agar perusahaan mereka tidak berhenti beroperasi pada akhir tahun lalu. Dengan utang yang cukup besar kepada GMF, serta dua BUMN lainnya, serta terus merugi, Sriwijaya meminta Garuda untuk membantu mereka agar tetap terus beroperasi dan melakukan penangguhan pembayaran," ujar Alvin Lie kepada Forwahub di Jakarta, Minggu (10/11). 

Alvin sendiri mengaku senang saat itu dengan keputusan Garuda Indonesia yang bersedia membantu Sriwijaya. 

"Saya tidak bisa membayangkan nasib enam ribu karyawannya beserta keluarganya yang kehilangan mata pencaharian bila Sriwijaya berhenti beroperasi. Ini menjadi nilai utama menurut saya karena ini masalah kemanusiaan. Selain itu pada saat tersebut menjelang pemilu dan tentunya ini akan menjadi issue besar," tuturnya. 

Di lain pihak, lanjut Alvin, Garuda Indonesia juga memiliki pertimbangan soal kelancaran pembayaran utang oleh Sriwijaya jika mereka berhenti beroperasi. 

"Selain juga sebagai penugasan oleh Kementerian BUMN untuk mengamankan aset negara berupa piutang ke beberapa BUMN. Serta pertimbangan keseimbangan industri penerbangan akan terganggu bila Sriwijaya berhenti," tuturnya. 

Setelah setahun berjalan, berdasarkan pengamatannya, Sriwijaya memang memperlihatkan indikasi perbaikan. Hal itu terlihat dari perbaikan sistem dan standar layanan, maintenance, safety dan pengelolaan SDM di Sriwijaya sehingga maskapai tersebut mengalami perubahan yang progressive.

"Bagi saya pertimbangan menjaga reputasi dan safety penumpang di industri penerbangan Indonesia menjadi sangat penting. Sebagaimana kita tahu setelah beberapa penutupan maskapai penerbangan dan kecelakaan pesawat di Indonesia, risiko industri dan keselamatan penerbangan di dalam negeri menjadi perhatian banyak pihak khususnya investor global," kata dia. 

Setelah sekian lama bekerjasama, pemilik Sriwijaya saat ini merasa yakin bahwa perusahaan mereka sudah cukup baik dan sudah saatnya untuk kembali mandiri. 

"Saya percaya Garuda Indonesia menghormati keputusan Sriwijaya ini dan mereka OK," tuturnya.  

"Dengan putusan Sriwijaya untuk kembali mandiri, itu membuktikan bahwa Garuda Indonesia telah cukup baik mengelola Sriwijaya. Saya yakin putusan pemegang saham Sriwijaya ini tidak dipengaruhi oleh pihak lain, namun murni pada kondisi bahwa Sriwijaya sudah sehat dan cukup baik untuk mengelola perusahaan secara mandiri mulai saat ini," pungkasnya. (SN)

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X