Garam Tidak Optimal, BPPT Siapkan Cara Baru Bikin Hujan Buatan

- Rabu, 18 September 2019 | 17:45 WIB
Teknologi modifikasi cuaca menggunakan Kalsium Oksida. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
Teknologi modifikasi cuaca menggunakan Kalsium Oksida. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

Pemerintah terus melakukan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Salah satunya dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan dengan menggunakan garam.

Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), menegaskan, hujan buatan dengan upaya penyemaian garam membutuhkan proses penguapan sebagai syarat terbentuknya awan.

Sedangkan, kabut asap pekat dari karhutla menjadi faktor penghambat proses penguapan. Karena awan yang dibutuhkan untuk membuat hujan buatan harus mencapai minimal 80 persen.

-
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)

 

Sulitnya menyemai hujan, BNBP berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla dengan menggunakan Kalsium Oksida atau kapur tohor aktif (CaO).

Untuk diketahui, CaO yang bersifat eksotermis (bersifat mengeluarkan panas), apabila ditaburkan di gumpalan asap dapat mengurai partikel karhutla dan gas. Akibatnya asap hilang dan radiasi matahari bisa menembus ke permukaan bumi.

"Radiasi matahari terhalangi kabut asap, jadi awan susah terbentuk karena penguapan terhambat. Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto.

-
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)

 

Pihak BPPT sendiri telah menyiapkan 40 ton kapur tohor aktif yang sudah disiagakan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Sementara untuk  kapur tersebut, BPPT akan menggunakan tiga jenis pesawat yakni Cassa 212 dengan kapasitas 800 kilogram, CN 295 dengan kapasitas 2.4 ton dan pesawat Hercules C 130 dengan kapasitas 4-5 ton.

"Setelah mendapat arahan, kapur tersebut bisa disebar ke beberapa provinsi terdampak karhutla seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data Karhutla Monitoring Sistem pada Rabu (18/9), terdapat 30 titik panas di Provinsi Riau, 46 titik panas di Jambi, 13 titik panas di Sumatera Selatan, 1 titik panas di Sumatera Utara dan 7 titik panas di Sulawesi Selatan.

-
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)

 

Selain itu, titik panas juga terdeteksi di Pulau Kalimantan yakni, 42 titik panas di Kalimantan Tengah, 24 titik panas di Kalimantan Selatan, 13 titik panas di Kalimantan Timur, dan 6 titik panas di Kalimantan Utara.

Sedangkan titik panas di Provinsi Riau melonjak pesat, bahkan menjadi rekor baru sepanjang tahun 2019, mencapai lebih dari 300 hotspot.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X