17 Tahun Hari Tanpa Kendaraan Bermotor, Ini Harapan Warga

- Senin, 23 September 2019 | 16:59 WIB
instagram/@cfdjakarta
instagram/@cfdjakarta

Tanpa terasa, sudah 17 tahun pelaksanaan Hari Tanpa Kendaraan Bermotor (HTKB) alias Car Free Day mengisi minggu- minggu pagi warga yang tinggal di Ibu Kota Jakarta.

HTKB sendiri di Jakarta mulai diterapkan sejak tahun 2002, dan menjadi ruang publik yang selalu dipenuhi oleh pengunjung. Namun ternyata HTKB pernah ditolak oleh warga karena dinilai merugikan aktivitas pengguna kendaraan bermotor saat itu.

Banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan saat HTKB, mulai dari berolahraga, konser musik, promosi acara, hingga berburu kuliner. Kegiatan ini dilakukan oleh warga yang mengunjungi ruas Jalan MH Thamrin hingga Jalan Jendral Sudirman setiap Minggu pagi.

-
instagram/@cfdjakarta

 

Untuk merayakan 17 tahun HTKB, acara tak berlangsung meriah. Tidak ada pawai atau parade yang menggiring banyak massa untuk hadir dalam perayaan tersebut.

Perayaan 17 tahun HTKB dilakukan dengan meniup lilin bersama- sama baik oleh inisiator maupun SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) pelaksana lengkap dengan pembawa acara dan penyanyi untuk mengiringi acara simbolik itu.

Karena HTKB memiliki andil dalam mengatur kualitas udara, saat perayaan 17 tahun HTKB dibagikanlah kartu transportasi umum Jaklingko dan tanaman sansivieria atau lidah mertua yang dikenal sebagai tanaman penghisap polutan.

HTKB belum maksimal

-
instagram/@cfdjakarta

 

Ahmad Safrudin selaku inisiator HTKB mengatakan bahwa aktivitas ini adalah gerakan untuk membuat masyarakat lebih tertarik dan termotivasi untuk lebih sering berjalan kaki, saat berpergian dibanding dengan menggunakan kendaraan bermotor agar dapat mengurangi polusi udara.

Nyatanya harapan itu masih belum terwujud hingga ini, karena tingkat penggunaan kendaraan bermotor terutama sepeda motor di DKI Jakarta masih tinggi.

"Car Free Day memang belum berhasil meningkatkan kualitas udara secara keseluruhan. Karena belum membangun karakter masyarakat Jakarta untuk meninggalkan kendaraan bermotornya," kata Safrudin.

Salah satu masalah yang ditemukan dari HTKB ialah penataan pedagang kaki lima (PKL) yang belum tertata rapi dan sistematis. Meskipun membuat daya tarik sendiri, namun ini tidak sejalan dengan tujuan HTKB.

"Para PKL ini belum tertata, ada di sepanjang jalan dari Jalan MH Thamrin sampai Jalan Jenderal Sudirman, seharusnya orang berolahraga dan beraktivitas di ruang publik itu happy, ini malah jadi sebal karena jalan dikuasai PKL," ujarnya.

Bukan hanya PKL, menurut Safrudin perusahaan- perusahaan besar yang mengadakan acara saat HTKB juga masih perlu diatur.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X