Sejarawan JJ Rizal mengatakan keberadaan mural setelah Proklamasi Kemerdekaan RI merupakan penanda bahwa rakyat benci terhadap kolonialisme. Untuk itu, merespons mural dengan cara kolonial, apalagi di bulan Agustus merupakan cara paling buruk mengenang Kemerdekaan RI.
Hal itu disampaikan JJ Rizal melalui akun Twitter @jjrizal saat merespons pemberitaan mengenai pihak kepolisian yang mendatangi pemural 'Tuhan Aku Lapar' di Tangerang yang viral di media sosial beberapa waktu lalu.
"Seperti halnya laskar, maka mural setelah proklamasi kemerdekaan 17.8.45 adalah penanda bahwa rakyat benci terhadap kolonialisme apa pun bentuknya," tulis JJ Rizal dikutip Indozone, Senin (16/8/2021).
"Menghadapi mural dgn cara-cara kolonial di bulan agustus adalah seburuk-buruknya mengenang kemerdekaan 17.8.45," lanjut dia.
seperti halnya laskar, maka mural setelah proklamasi kemerdekaan 17.8.45 adalah penanda bahwa rakyat benci terhadap kolonialisme apa pun bentuknya
menghadapi mural dgn cara-cara kolonial di bulan agustus adalah seburuk-buruknya mengenang kemerdekaan 17.8.45 https://t.co/1VieTNHDYy— JJ Rizal (@JJRizal) August 16, 2021
Sebelumnya, polisi mendatangi kediaman pembuat mural 'Tuhan Aku Lapar' di Tigaraksa, Tangerang. Mural tersebut sempat viral di media sosial hingga menjadi perbincangan netizen.
Belakangan diketahui, pembuat mural tersebut bernama Deka Sike. Berdasarkan pengakuannya, pembuat mural 'Tuhan Aku Lapar' tak hanya dirinya sendiri.
Ada sekitar 15 orang yang membuat mural 'Tuhan Aku Lapar' di tembok sepanjang 12 meter.