Ketua MPR Minta Pemerintah Hentikan Ketergantungan Impor Alat Kesehatan

- Selasa, 8 Juni 2021 | 11:57 WIB
 Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. (MPR RI)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. (MPR RI)

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta kepada pemerintah untuk menghentikan ketergantungan impor penyediaan alat kesehatan dari negara lain. Hal tersebut dilakukan karena sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian serius kepada industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

"Langkah itu agar Indonesia bisa menjadi pemain utama dan tuan rumah di negara sendiri," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (08/06), seperti dilansir Antara.

Dia menjelaskan bahwa di tengah pandemi COVID-19, sektor industri farmasi dan alat kesehatan masuk dalam kategori "high demand" dan masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan.

Karena itu menurut dia, jangan sampai geliat kepedulian masyarakat terhadap sektor kesehatan ini malah dinikmati oleh negara lain.

Dia menjelaskan bahwa pada tahun 2021 pemerintah menyiapkan anggaran kesehatan hingga Rp300 triliun.

"Menurut Gabungan Alat Kesehatan Indonesia (Gakeslab), merujuk data Kementerian Keuangan, anggaran dalam APBN 2019 untuk pengadaan alat-alat kesehatan di rumah sakit-rumah sakit pemerintah sekitar Rp9 triliun. Pada tahun 2020 meningkat menjadi Rp18 triliun karena pandemi COVID-19," ujarnya.

Dia pun menilai kalau angka tersebut digabungkan dengan anggaran APBD, BUMN, dan swasta total belanja alat-alat kesehatan di Indonesia rerata berkisar Rp50 triliun per-tahun.

Maka dari itu, menurut dia sangat disayangkan kalau anggaran pengadaan Alkes sebesar itu lebih banyak dinikmati oleh produsen Alkes luar negeri.

Bamsoet mengutip data Kementerian Perindustrian bahwa kemampuan industri farmasi di Indonesia saat ini ditopang oleh 220 perusahaan, sebanyak 90 persen dari perusahaan farmasi tersebut fokus di sektor hilir dalam memproduksi obat-obatan.

"Tantangannya, pemerintah harus terus berupaya untuk menekan impor pengadaan bahan baku, khususnya di sektor hulu industri farmasi," katanya.

Bamsoet menilai, target pemerintah mengurangi impor farmasi dan alat kesehatan mencapai 35 persen pada akhir tahun 2022, harus dibarengi dengan kebijakan yang ramah terhadap industri farmasi dan alat kesehatan.

Selain itu, dia juga mengutip riset Patients Beyond Borders yang memperlihatkan warga Indonesia sangat gemar berobat ke luar negeri, peningkatannya cukup tajam, dari 350 ribu warga yang berobat ke luar negeri di tahun 2006 menjadi 600 ribu di tahun 2015.

"Total pengeluaran per tahun yang dikeluarkan penduduk Indonesia untuk berobat ke luar negeri bisa mencapai USD 11,5 miliar, 80 persennya dihabiskan di Malaysia," katanya.

Bamsoet mengatakan warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri karena alat kesehatannya yang sangat lengkap, biayanya yang juga lebih murah dan pelayanannya lebih nyaman.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X