Pemerintah Uji Coba Blending B30 di 8 Titik Penyaluran Pertamina

- Rabu, 20 November 2019 | 09:33 WIB
Ilustrasi. (Antara/Aprillio Akbar)
Ilustrasi. (Antara/Aprillio Akbar)

Pemerintah melakukan uji coba pencampuran (blending) Bahan Bakar Nabati (BBN) 30 persen (B30) di delapan titik distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.

Uji coba itu dilakukan sebagai persiapan untuk pemberlakuan penggunaan 30 persen minyak nabati di dalam BBM (Mandatori B30) yang rencananya mulai dilakukan Januari 2020 mendatang. 

Uji coba BBN 30 persen itu ditandai dengan penandatanganan adendum kontrak uji coba B30 antara PT Pertamina (Persero) dengan 10 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 

Adendum kontrak tersebut mencakup total penyaluran bahan baku pembuatan B30 yaitu Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 209.238 KL yang tersebar di delapan titik serah PT Pertamina yaitu Rewulu, Medan, Balikpapan, Plumpang, Kasim, Plaju, Panjang, dan Boyolali.

Proses uji coba B30 sendiri akan dilakukan mulai bulan November 2019 sampai dengan Desember 2019 dengan beberapa BU BBN yang terlibat, antara lain PT Sinarmas Bioenergi, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Kutai Refinery Nusantara, PT Cemerlang Energi Perkasa, PT Wilmar Bioenergi Indonesia, PT SMART Tbk, PT Multi Nabati Sulawesi, PT Tunas Baru Lampung, PT Batara Elok Semesta Terpadu, dan PT Wilmar Nabati Indonesia. 

"Dengan demikian pelaksanaan mandatori B30 per 1 Januari 2020 nanti diharapkan akan semakin optimal,” ujar Asisten Deputi Produktivitas Energi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Andi Novianto, di Jakarta, Selasa (19/11).

Senada dengan Andi Novianto, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Mohammad Hidayat menjelaskan beberapa tujuan dari kegiatan ini.

Pertama, untuk memastikan pelaksaan B30 per awal tahun depan dapat berjalan dengan baik. Kedua, untuk makin mengurangi penggunaan solar. Ketiga, untuk memperbaiki neraca perdagangan khususnya sektor migas. 

"Kami berharap segala perbaikan aspek teknis juga dapat segera diselesaikan dan ini semua membutuhkan kerja sama dari semua pihak terkait,” ujar Mohammad Hidayat. 

Sementara Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur PT Pertamina Gandhi Sriwidodo menambahkan, salah satu isu yang juga perlu menjadi perhatian adalah tentang simplifikasi pola supply. 

“Realisasi dari penyerapan FAME dalam program B20 sebelumnya sudah berjalan dengan baik. Kita berharap pencapaian di B30 juga demikian. Terutama persoalan pola supply yang diupayakan bisa makin efektif. Ini penting untuk menjaga kualitas, efisiensi biaya, dan waktu yang lebih cepat,” terang Gandhi.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X