Terkuak! Siswa Prancis Ini Akhirnya Mengaku Berbohong Soal Samuel Paty Terkait Kartun Nabi

- Selasa, 9 Maret 2021 | 16:58 WIB
Seorang guru dan anak-anak sekolah memberikan penghormatan kepada guru bahasa Prancis Samuel Paty di Prancis (REUTERS/Stephane Mahe)
Seorang guru dan anak-anak sekolah memberikan penghormatan kepada guru bahasa Prancis Samuel Paty di Prancis (REUTERS/Stephane Mahe)

Seorang gadis 13 tahun mengaku berbohong saat dia membolos dan mengatakan kepada ayahnya bahwa guru sejarahnya, Samuel Paty, telah menginstruksikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sehingga bisa menunjukkan foto nabi tanpa busana.

Hal ini dilakukan gadis 13 tahun itu agar ayahnya tidak mengatahui bahwa dia telah diskors karena berulang kali tidak masuk kelas.

Kebohongan yang dilakukan gadis itu justru menyebabkan peristiwa yang sangat mengerikan yang tak pernah terbayangkan.

Karena 10 hari kemudian gurunya meninggal karena dipenggal oleh teroris Islam. Keluarga Paty hancur, Prancis mengalami trauma, dan gadis serta ayahnya menghadapi tuntutan pidana. Dua remaja lainnya, yang mengambil uang dari si pembunuh, Abdullakh Anzorov, juga sedang diselidiki.

Pada Minggu, Le Parisien mengungkapkan bahwa gadis yang akrab disapa Z itu mengaku salah menuduh Paty. Surat kabar itu mengatakan dia mengaku kepada hakim anti-teroris yang menyelidiki bahwa dia telah berbohong, bahkan dia tidak berada di kelas di mana Paty menunjukkan karikatur kontroversial kepada murid-murid.

Pada 6 Oktober tahun lalu, Paty, seorang guru sejarah dan geografi, memberikan kelas tentang 'dilema'. Dia mengajukan pertanyaan 'menjadi atau tidak menjadi Charlie?', Mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk surat kabar tersebut setelah serangan teroris di kantornya pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.

Paty dikatakan telah mengundang murid-murid Muslim yang mengira mereka mungkin terkejut untuk menutup mata atau berdiri sebentar di koridor sambil menunjukkan karikatur Nabi kepada murid-muridnya.

Dua hari kemudian, gadis itu memberi tahu ayahnya bahwa Paty, telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sebelum menunjukkan karikatur tersebut. Dia berkata bahwa dia telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan guru dan dia telah menskorsnya dari kelas selama dua hari.

Setelah mendengar cerita itu, Brahim Chnina, ayahnya marah, dan membagikan video-nya di Facebook di mana dia mencela Paty dan meminta dia untuk dipecat dari sekolah menengah di Conflans-Sainte-Honorine. Video kedua yang sama marahnya diposting di media sosial yang menuduh Paty melakukan 'diskriminasi'.

Chnina mengadu ke sekolah dan polisi, mengklaim Paty bersalah karena 'menyebarkan gambar porno', dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.

Masalah ini pun menjadi viral di media sosial, hingga sampai berita itu ke Anzorov, 18, seorang migran Chechnya yang tinggal di Normandia. Pada 16 Oktober, Anzorov melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine, membayar dua remaja dari sekolah tersebut untuk mengidentifikasi Paty saat dia akan berangkat ke rumah pada Jumat malam dan memenggalnya.

Kebohongan itu telah menyebabkan terbunuhnya seorang pria dan ayah dari seorang anak laki-laki berusia lima tahun.

Gadis itu dilaporkan tetap berpegang pada ceritanya sampai polisi memberi tahu dia beberapa teman sekelasnya telah mengkonfirmasi bahwa dia tidak hadir untuk pelajaran, di mana Paty tidak menginstruksikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas seperti yang dia klaim.

Pengacara gadis itu, Mbeko Tabula, menegaskan berat tragedi tidak boleh jatuh di pundak seorang gadis berusia 13 tahun.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X