Pangeran Saudi "Semprot" Menlu Israel di Bahrain, Normalisasi Kedua Negara Terancam?

- Senin, 7 Desember 2020 | 16:04 WIB
Pangeran Turki bin Faisal Al Saud. (Youtube/Bloomberg).
Pangeran Turki bin Faisal Al Saud. (Youtube/Bloomberg).

Seorang pangeran Arab Saudi terkemuka, Turki bin Faisal Al Saud dengan keras mengkritik Israel pada pertemuan puncak keamanan di Bahrain yang dihadiri dari jarak jauh oleh menteri luar negeri Israel, Gabi Ashkenazi seperti yang dilansir Aljazeera, Minggu (6/12/2020). 

Pernyataan berapi-api Pangeran Turki bin Faisal Al Saud di Manama Dialogue tentunya tidak diprediksi oleh menteri luar negeri Israel.  Pasalnya, Israel sebelumnya menerima sambutan hangat dari para pejabat di Bahrain dan Uni Emirat Arab menyusul perjanjian untuk menormalisasi hubungan.

Dalam sambutannya, Pangeran Turki bin Faisal membuka sambutannya dengan membandingkan apa yang ia gambarkan mengenai Israel yang menganggap negaranya adalah penegak prinsip moral yang tinggi yang cinta damai. Padahal hal itu bertolak versus apa yang terlihat dari realitas Palestina yang jauh lebih gelap tentang hidup di bawah kekuasaan "penjajahan Barat, ungkap sang pangeran.

"Israel telah memenjarakan [orang-orang Palestina] di kamp-kamp konsentrasi di bawah tuduhan keamanan yang paling tipis. Tua dan muda, wanita dan pria, yang membusuk di sana tanpa meminta keadilan", kata Pangeran Turki.

"Mereka menghancurkan rumah sesuka mereka dan mereka membunuh siapa pun yang mereka inginkan," tambahnya.

Pangeran juga mengkritik persenjataan senjata nuklir Israel yang tidak dideklarasikan dan pemerintah Israel melepaskan antek politik mereka dan outlet media mereka dari negara lain untuk merendahkan dan menjelekkan Arab Saudi.

Baca Juga: Potongan Tubuh Berceceran Ditemukan di Bantaran Kali Bekasi, Korban Mutilasi Dibawa ke RS

Dalam bahasa yang sangat blak-blakan, dia menuduh Israel menggambarkan dirinya sebagai negara kecil yang terancam secara eksistensial, dikelilingi oleh pembunuh haus darah yang ingin membasmi keberadaannya.

"Namun mereka mengaku ingin berteman dengan Arab Saudi," katanya.

Pangeran menegaskan kembali posisi resmi kerajaan bahwa solusinya terletak pada penerapan Inisiatif Perdamaian Arab, kesepakatan yang disponsori Saudi tahun 2002 yang menawarkan hubungan penuh Israel dengan semua negara Arab sebagai imbalan atas kenegaraan Palestina di wilayah yang direbut Israel pada tahun 1967.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi, yang berbicara segera setelah Pangeran Turki, mengungkapkan pendapatnya.

 “Saya ingin mengungkapkan penyesalan saya atas komentar perwakilan Saudi. Saya tidak percaya bahwa mereka mencerminkan semangat dan perubahan yang terjadi di Timur Tengah," ucap Menlu Israel.

Ashkenazi, menegaskan kembali posisi Israel bahwa Palestina lah yang harus disalahkan karena tidak mencapai kesepakatan damai.

"Kami memiliki pilihan di sini bersama Palestina apakah akan menyelesaikannya atau tidak, atau melakukan permainan (saling) menyalahkan ini," kata Ashkenazi, sekutu rival utama Netanyahu, Benny Gantz.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X