Literasi Digital Cara Lawan Serangan Konten Negatif dan Intoleransi

- Minggu, 29 September 2019 | 11:31 WIB
Literasi Digital dalam Project Inspire (Maarif Institute)
Literasi Digital dalam Project Inspire (Maarif Institute)

Bertebaranya konten negatif di dunia maya membuat Konten Creator Andovi Da Lopez merasa resah terutama dengan banyaknya konten yang mengandung intoleransi atau negatif.

Namun baginya, banyaknya konten negatif, karena konsumsi pasar yang berubah terutama adanya pasokan dan kebutuhan dari produsen konten dan kesukaan warganet pada konten, semisalnya wah dan viral. 

"Produsen, kita yang membuat konten harus pada nilai-nilai (toleransi) tersebut. Tapi, pada ujungnya semua orang ada batasnya tidak semua orang mau nonton konten positif.  Namun, konsumen juga harus lama-lama mengurangi tontonan tersebut, biar produsen kembali menyajikan konten baik," katanya.

Langkah untuk megurangi konten negatif yang beredar, Indonesia Spirit Rejuvenation (Inspire) Project persembahan Google.org, menggabungkan empat organisasi sosial lainnya untuk meningkatkan literasi digital bagi seluruh pengguna internet di Indonesia, yaitu Maarif Institute, Cameo Project, Peacegen, dan Love Frankie

Salah satu projeck meningkatkan literasi digital siswa dan guru di seluruh Indonesia, Yayasan Ruangguru dan Google.org meluncurkan sejumlah konten video edukatif dalam program Yuk Cerdas Berinternet dalam platform ruangguru.

Sedikitnya, sudah ada 27 materi yang mencakup tema Bersikap di Internet, Berpikir Kritis di Internet, dan Mengelola Diri di Internet bisa diakses oleh siswa SMP dan SMA sederajat di seluruh Indonesia secara gratis dalam aplikasi Ruangguru.

"Melalui kolaborasi, kami mampu meningkatkan pemahaman guru-guru dan siswa terhadap konsumsi informasi digital dan penggunaan internet yang produktif dan bertanggung jawab," kata Manajer Yayasan Ruangguru Melania Niken Larasati.

Ia menegaskan, konten positif dan edukatif yang dihasilkan ini  menjadi penting karena banyaknya konten negatif di dunia maya dan tingginya paparan konten tersebut pada pelajar di Indonesia.

"Literasi ini penting agar pelajar SMP dan SMA memiliki ketahanan digital. Mereka bisa lebih bijaksana, dan terlatih dalam mengambil keputusan," ungkapnya.

Manajer Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Indonesia
Ryan Rahardjo menegaskan, program yang digagasnya ini berlangsung selama 2 tahun.

"Kami ingin dari program ini lebih meningkatkan literasi digital, output dari kegiatan ini materi bisa menjadi sumber pembelajaran sekolah, memberikan efek positif untuk SDM Indonesia yang cerdas dalam menghadapi era industri 4.0," kata Ryan.

Direktur Program Maarif Institute Khelmy K Pribadi mengatakan dari evaluasi sementara saat digelar roadshow berbagai kota di Indonesia dalam program ini, membuat para pelajar saling mengenal dan berkolaborasi dengan berbagai suku dan perbedaan yang dimilikinnya.

"Bahkan saat ada anak yang harus minta maaf karena berberda karena ras. Ini membuat kami, juga merasa ada hal yang harus dilakukan, aagar ada sikap teloransi," ujarnya.  

Paling tidak, lanjut ia, ada tiga hal yang dibahas dalam program ini yaitu perbedaan, literasi, dan ancaman kekerasan dalam program roject inspire ini dengan tujuan mengaktivasi anak muda agar terlibat dalam pembuatan konten-konten positif yang keren.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X