Dokumen Ini Ungkap Kebohongan China Soal Virus Corona, Dokter 'Dilenyapkan' dan Dibungkam

- Minggu, 3 Mei 2020 | 14:26 WIB
Warga memakai masker pelindung berjalan di sebuah jalan pasar di Wuhan, Provinsi Hubei, pusat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di China, Senin (6/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/hp/cfo
Warga memakai masker pelindung berjalan di sebuah jalan pasar di Wuhan, Provinsi Hubei, pusat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di China, Senin (6/4/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/hp/cfo

Investigasi mengenai awal mula kemunculan virus corona terus berlanjut sampai saat ini. Teranyar, Five Eyes, gabungan intelijen dari lima negara (AS, Kanada, UK, Australia, dan Selandia Baru), menemukan sebuah dokumen setebal 15 halaman yang isinya mengungkap kebohongan China soal virus corona.

Kebohongan yang dimaksud dalam dokumen tersebut antara lain, China menutup-nutupi fakta kematian ribuan orang sebelum akhirnya mengumumkan kepada dunia bahwa virus corona telah menyebar.

Lebih lanjut, juga terungkap bahwa laboratorium di Wuhan, yang terletak tidak jauh dari pasar seafood tempat virus corona berasal, juga telah meneliti virus corona yang berasal dari kelelawar.

Di dalam dokumen tersebut terdapat kalimat yang berbunyi, "Bukti penularan dari manusia ke manusia baru ditemukan pada Desember (2019), otoritas China menyangkalnya hingga Januari 2020."

Selain itu, setidaknya ada enam poin penting lainnya yang terungkap dari dokumen tersebut. Pertama, China menyangkal bahwa virus Corona dapat menyebar di antara manusia pada masa-masa awal merebak.

Kedua, China mengulur waktu hingga dua pekan sebelum mengakui bahwa virus tersebut pada dasarnya memang bisa menular di antara manusia. 

Ketiga, "para dokter yang vokal dibungkam atau 'dilenyapkan'."

Tidak dijelaskan secara spesifik maksud dari kata "dilenyapkan" dalam dokumen itu. Entah dengan dibunuh atau bagaimana.

Keempat, untuk menghilangkan jejak, China juga memusnahkan barang bukti virus corona di laboratorium mereka. Kelima, China menolak memberikan sampel virus kepada ilmuwan di berbagai belahan dunia yang hendak menemukan vaksin. 

Terakhir, China melarang rakyatnya sendiri agar tidak tidak bepergian, sementara mereka memberi tahu negara lain bahwa pembatasan tidak perlu dilakukan.

Tak cukup sampai di situ, dokumen tersebut juga mengungkapkan bahwa China mulai menyensor berita-berita seputar virus corona sejak 31 Desember 2019. Mereka menghapus frasa-frasa seperti 'variasi virus SARS', 'pasar seafood Wuhan', dan 'pneumonia Wuhan' dari mesin pencarian, sehingga rakyatnya tidak dapat menemukan informasi mengenai virus Corona.

Mirisnya, kebohongan China tersebut didukung pula oleh sikap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) semasa corona belum dinyatakan sebagai pandemi. Pada 14 Januari 2020, WHO sempat menulis tweet di Twitter yang menyatakan hal yang sama seperti yang disampaikan otoritas China.

"Preliminary investigations conducted by the Chinese authorities have found no clear evidence of human-to-human transmission of the novel #coronavirus (2019-nCoV) identified in #Wuhan, #China."

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X