Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Jangka Pendek Dipengaruhi Faktor Teknikal

- Rabu, 6 Mei 2020 | 14:45 WIB
Ilustrasi karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS. (Foto ANTARANova Wahyudiwsj)
Ilustrasi karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS. (Foto ANTARANova Wahyudiwsj)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam jangka waktu pendek akan dipengaruhi oleh faktor teknikal.

Perry mencontohkan, perkembangan situasi terkini di dalam maupun luar negeri, telah mendorong pergerakan fluktuatif rupiah dalam beberapa hari terakhir. Sebut saja ketika remdisivir diujicoba dan terbukti mampu menyembuhkan Covid-19, maka rupiah bergerak naik.

Sementara itu, sentimen terhadap kebijakan internasional seperti kebijakan negara-negara Eropa yang mulai mengendurkan karantina wilayah (Lockdown), maka hal itu secara otomatis mendorong nilai tukar rupiah menjadi positif.

"Kemarin ada berita-berita positif sehingga itu membawa dan membuat rupiah menguat ke Rp15.030 per USD. Hari ini, masih banyak berita-berita positif yang Insya Allah akan membawa nilai tukar rupiah kita bergerak di bawah Rp15 ribu," ujar Perry dalam video conference hari ini, Rabu (6/5/2020).

Perry juga menyebut, pernyataan dari The Federal Reserve terkait kemungkinan ekonomi AS yang mulai membaik di semester II-2020. Meskipun pada semester I-2020 ekonomi AS mengalami resesi.

Belum lagi adanya sentimen positif terkait perbaikan harga komoditas seperti minyak bumi, yang sempat anjlok ke level minus, serta berada rerata di bawah US$20/Barel.

"Semuanya itu mengarah kenapa kami menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah yang sekarang ini masih undervalue dan kedepannya akan terus menguat ke arah Rp15 ribu/US$ di akhir tahun," tuturnya.

Meski demikian, kata Perry, ketegangan hubungan antara AS-Tiongkok akibat saling tuding tentang virus Corona, disebut Perry menjadi ancaman sentimen negatif terhadap rupiah.

"Belum lagi soal Mahkamah Konstitusi Jerman yang memutuskan bahwa quantitative easing yang dilakukan bank sentral Eropa tidak konstitusional. Jadi berbagai faktor itu yang disebut faktor teknikal yang dalam jangka pendek memengaruhi naik turunnya nilai tukar rupiah," tuturnya.

-
Foto: INDOZONE/Sigit Nugroho

 

Sebagaimana diketahui, dari pengamatan Indozone melalui RTI Business tercatat, jelang pembukaan sesi kedua perdagangan hari ini, rupiah masih melemah 5 poin atau setara 0,03% ke level Rp15.085/US$.

Namun demikian, nilai tukar rupiah ini sebenarnya telah mengalami penguatan 6,74% dalam sebulan terakhir, atau sejak BI melakukan quantitative easing dengan menggelontorkan dana senilai Rp503,8 triliun untuk pelonggaran GWM dan pembelian SBN dalam rangka menstabilkan nilai tukar.

"Kami waktu menstabilkan nilai tukar, ketika investor asing menjual semua, kan waktu itu rupiah naik hampir Rp17.000," tuturnya.

Jika tidak ada stabilisasi, Perry melihat imbal hasil SBN bisa 8-9 persen. "Tugas kita stabilisasi dengan membeli SBN di pasar sekunder. Kita bantu Ibu Menkeu untuk menstabilkan yield SBN, oleh karena itu cadangan devisa kita turun," ungkap Perry.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X