Perdana Menteri India Narendra Modi meminta maaf pada warga miskin di negara tersebut, menyusul pemberlakuan lockdown nasional selama 21 hari. Keputusan ini banyak dikritik karena perencanaan yang dinilai kurang.
Keputusan ini juga dianggap merugikan jutaan rakyat miskin India, membuat banyak orang kelaparan dan memaksa puluhan ribu buruh migran yang menganggur melakukan eksodus massal dengan berjalan kaki ratusan kilometer dari kota ke desa-desa asal mereka.
"Saya pertama-tama ingin meminta maaf kepada semua warga negara saya. Orang miskin pasti akan berpikir "seperti apa perdana menteri ini, yang telah menempatkan kita dalam banyak masalah," kata Modi dalam pidato nasional di radio, Minggu (29/3/2020).
Modi meminta warga memahami bahwa tidak ada pilihan lain, dan sejauh ini langkah tersebut memberi India kemenangan atas corona.
Pemerintah India juga menawarkan bantuan tunai dan makanan senilai US$ 22,6 miliar kepada warga miskin. Namun, kebijakan ini tidak memperlihatkan kejelasan tentang masa depan.
Abhijit Banerjee dan Esther Duflo - dua dari tiga pemenang Hadiah Nobel bidang Ekonomi pada tahun 2019 - memperingatkan bahwa dibutuhkan lebih banyak lagi bantuan untuk kaum miskin.
"Tanpa itu, krisis permintaan akan menjadi bola salju ekonomi, dan orang-orang tidak punya pilihan selain melanggar kebijakan," tulis mereka di Indian Express.
Polisi mengatakan empat migran tewas pada Sabtu ketika sebuah truk menabrak mereka di negara bagian barat Maharashtra.
"Kami akan mati karena berjalan dan kelaparan sebelum terbunuh oleh corona," kata pekerja migran Madhav Raj, 28, saat dia berjalan di jalanan Uttar Pradesh.
Jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi di India naik menjadi 979 pada Minggu, termasuk 25 kematian.
"Kami tidak punya makanan atau minuman. Saya duduk memikirkan bagaimana memberi makan keluarga saya," kata ibu rumah tangga Amirbee Shaikh Yusuf (50).
"Tidak ada yang baik dari kuncian ini. Orang-orang marah, tidak ada yang peduli pada kita." ujarnya.