Kisah Penambal Ban Lebih Pilih Salat Berjamaah, Tolak Ibu yang Butuh Bantuan Tambal Ban

- Rabu, 5 Agustus 2020 | 17:18 WIB
Ilustrasi ibu-ibu mendorong sepeda motor yang bannya bocor. (Ist)
Ilustrasi ibu-ibu mendorong sepeda motor yang bannya bocor. (Ist)

Dalam banyak agama, atau bahkan mungkin semua, ada ajaran bahwa manusia tidak melulu harus menyembah Tuhan dengan ritual-ritual peribadatan, tetapi juga bisa dengan berbuat baik kepada sesama makhluk ciptaan-Nya (manusia).

Di dalam Islam, misalnya, hal demikian disebut dengan hablum minannas, yang berarti hubungan dengan manusia. Artinya, menemui Tuhan dapat ditempuh dengan jalan menolong orang lain.

Akan tetapi, ajaran itu rupanya tidak selalu diserap maupun diamalkan oleh setiap pemeluk agama, bahkan yang taat sekalipun.

Baru-baru viral sebuah cerita yang mengisahkan hal seperti itu. Kisah tersebut diunggah oleh akun Facebook Jama'ah KH Marzuki Mustamar.

Dalam cerita itu dikisahkan seorang penambal ban yang menolak melayani seorang ibu yang hendak menambal ban sepeda motornya yang bocor, dengan alasan dia mau salat berjamaah tepat waktu. 

Si penambal ban bilang ke si ibu bahwa dirinya baru akan menambal ban sepeda motor si ibu jika mau menunggunya sampai selesai salat berjamaah. Padahal, ketika si ibu itu datang, waktu salat baru akan tiba sekitar 20 menit lagi.

Akhirnya karena ibu itu sangat butuh cepat, dia terpaksa mendorong kembali sepeda motornya untuk mencari penambal ban yang lain.

Kisahnya dapat disimak di sini.

Tadi siang sekitar pukulsetengah 12, saya mampir ke sebuah warung kecil untuk beli rokok. Siang ini sedikit agak panas. Dan jalan agak ramai.

Tidak berapa lama di seberang jalan saya lihat seorang ibu menggeret sepeda motor, diikuti seorang anak gadisnya, mungkin umur 5 tahunan. Rupanya sepeda motornya bocor. Ia mau menyeberang karena persis di sebelah pedagang rokok, tempat saya berdiri, ada penambal ban.

Ibu dan anak itu merasa lega karena mereka tak perlu berjalan lebih lama sembari menggeret motor bocor. Tapi dari yang kudengar ternyata si penambal ban bilang dia mau shalat dulu. Dan shalatnya mau berjamaah di masjid tak jauh dari situ. Klo mau menunggu, kata si penambal ban, nanti sehabis dia pulang dari masjid.

Si ibu melongo. Ia bilang sangat tergesa, saya tidak tahu tergesa ke mana, tapi si penambal ban tetap bilang hanya bisa menambalkan seusai shalat jamaah. Akhirnya si ibu memutuskan untuk cari penambal lain dan itu berarti dia harus jalan lagi.

Sebagai catatan, waktu itu belum azan. Mungkin masih 20 menitan lagi.

Saya terpana menyaksikan adegan itu. Kasus sederhana ini benar-benar menjadi sebuah undangan untuk renungan keagamaan. Bagaimana menurut pandangan Anda?

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X