Menkeu Sri Mulyani Sebut Penjajah Belanda Wariskan Utang Rp16 Triliun

- Senin, 12 Oktober 2020 | 13:18 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Utang Indonesia selalu menjadi sorotan masyarakat karena nominalnya yang begitu fantastis. Per Juli 2020, total utang luar negeri Indonesia adalah Rp6.071 triliun.

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa sebenarnya asal mula utang Indonesia saat ini bersumber dari utang penjajah, terutama Belanda.

Belanda tidak hanya mewariskan utang usai menjajah Indonesia, namun juga mewariskan sistem ekonomi yang rusak.

"Dari sisi ekonomi waktu kita merdeka, kita diberikan warisan Belanda tidak hanya perekonomian yang rusak namun juga utang dari pemerintahan kolonial," kata Sri Mulyani secara virtual, Senin, (12/10/2020).

"Dari mulai kemerdekaan, belum punya apa-apa, belum tahu republiknya bentuknya apa, belum punya mata uang, kita sudah punya utang, warisan kolonial," lanjutnya.

Akibatnya, pemerintah Indonesia yang baru awal berdiri tidak mengawali neraca keuangan dari nol, melainkan minus atau defisti karena utang.

"Pertama, harta kekayaan yang ada rusak karena perang dan seluruh investasi sebelumnya yang dibukukan oleh pemerintah Belanda menjadi investasinya pemerintah Indonesia, utangnya menjadi utang Indonesia," tuturnya.

Sri Mulyani mengungkap warisan utang Belanda kepada Indonesia mencapai US$1,13 miliar. Jika dikonversikan dengan mata uang sekarang, maka besaran utangnya sekitar Rp16,61 triliun.

"Seluruh investasi sebelumnya yang dibukukan oleh pemerintah Belanda menjadi investasinya pemerintah Indonesia, yaitu utangnya menjadi utang republik Indonesia. Warisannya itu US$ 1,13 miliar pada saat mungkin dulu GDP Indonesia masih sangat kecil," ucapnya.

"Kemudian, biaya utang pemerintah yang meningkat 60 persen. Jadi dari krisis keuangan kita juga diwariskan dengan apa yang disebut kenaikan utang yang meningkat mendekati atau bahkan lewat 100 persen," ucap Sri.

Untuk mengatasi krisis, Bank Indonesia mencetak banyak uang untuk membiayai defisit anggaran. Hasilnya laju inflasi meningkat pesat.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Zega

Rekomendasi

Terkini

Polres Langkat Musnahkan Barbuk Ganja dan Sabu

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB
X