Lomba Menulis Buku Cerita Anak Dinas Kebudayaan DIY Panen Kecaman, Hadiahnya Tak Manusiawi

- Rabu, 16 September 2020 | 11:21 WIB
Lomba Menulis Buku Cerita Anak' yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). (Instagram)
Lomba Menulis Buku Cerita Anak' yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). (Instagram)

'Lomba Menulis Buku Cerita Anak' yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menuai kecaman dari sejumlah penulis di Jogja. Arus kecaman muncul karena nilai hadiah yang ditawarkan dinilai tidak manusiawi.

Dalam selebaran lomba tersebut tertera keterangan bahwa juara I mendapat hadiah Rp1.250.000, juara II Rp850.000, juara III Rp650.000, juara harapan I dan juara harapan II masing-masing Rp400.000. Semua yang juara juga akan diberi trofi dan sertifikat.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by tasteofjogja (@dinaskebudayaandiy) on

Kecaman paling keras datang dari penyair yang saat ini tinggal di Jogja, Nermi Silaban. Kata Nermi, panitia lomba tersebut seolah tidak waras.

"Astaga, lomba macam apa ini. Halo, kakak-kakak, om-om, ibu, atau bapak yang duduk di Dinas Kebudayaan DIY, kalian bikin lomba macam ini pakai otak yang waras gak? Kalau tak niat bikin lomba mending gak usah. Atau jika memang tak punya anggaran yang cukup, tak usah bikin lomba," tulis Nermi di dinding Facebook-nya.

Yang membuat lomba itu dinilai tidak manusiawi adalah aturan yang diterapkan, yang salah satunya mempersyaratkan bahwa karya yang dikumpulkan harus sudah dibuat dalam bentuk buku (pdf), serta harus sudah dilengkapi dengan ilustrasi. Syarat itu dianggap menafikan peran dan jasa ilustrator serta layouter.

-
Syarat 'Lomba Menulis Buku Cerita Anak' yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Coba kalian tengok lagi pengumuman yang kalian bikin. Kalian gak mikir hadiah uang segitu apakah layak? Layak sebagai bentuk apresiasi bagi penulis atau apalah namanya. Coba pakai otak sehat kalian sekali lagi, kira-kira tarif jasa ilustrator itu berapa ya per gambar. Setahu saya tarifnya sekitar 100ribu sampai 300ribu per gambar. Kalau dikalikan 6 halaman isi minimal, ditambah dua halaman untuk kover depan dan belakang, kalian hitunglah sendiri pakai kalkulator ajaib kalian," sambung Nermi.

Sebagai perbandingan, lomba serupa yang diadakan Balai Bahasa Sumatera Utara, yakni 'Lomba Menulis Cerita Anak Tahun 2020', menyajikan hadiah yang jauh lebih besar, di mana lima penulis naskah terbaik masing-masing mendapat Rp10 juta. Bahkan, lomba itu hanya mempersyaratkan naskah mentah, bukan dalam bentuk buku.

-
Lomba Menulis Cerita Anak yang diadakan Balai Bahasa Sumatera Utara. (Ist)

"Oh iya, mungkin kalian kira jasa ilustrator itu gratis, atau bisa dibayar dengan mendoan, teh anget, kopi doang. Nah, belum lagi jasa untuk layout, atau taruhlah si penulis cerita anak melayout sendiri. Terus lihat hadiah yang kalian targetkan untuk masing-masing juaranya. Itu pun belum potong pajak. Jadi apresiasi buat penulis itu berapa rupiah? Apa itu cukup? Apa itu manusiawi?  Dan kalian pikirkanlah lagi bagaimana nasib yang tidak juara, bukankah sudah rugi duluan untuk bayar tarif jasa ilustrator. Kalau memang niat bikin lomba, pakai otak sehat kalian ya. Lagian pula hak buku pdf itu milik kalian sepenuhnya. Ingat loh, jangan sampai buku bacaan sampah saja yang nanti kalian menangkan dan kalian terbitkan dan kalian sebarkan ke sekolah-sekolah," Nermi menambahkan.

Kecaman juga datang dari pegiat literasi anak, Yona Primadesi. 

"Jika ingin memberi apresiasi pada penulis buku anak, apresiasilah dengan pantas, bukan sekadar program dengan banyak laporan dan SPJ. Hargailah kerja mereka dengan layak. Ingat, yang diminta bukan sekadar naskah, tapi BUKU JADI!!," kata Yona.

Senada dengan Nermi, Yona juga mengingatkan Dinas Kebudayaan DIY untuk memikirkan ulang lomba tersebut. Ia, antara lain, mewanti-wanti agar karya yang menang bukan karya dengan kualitas buruk yang akan berdampak buruk pula bila sampai didistribusikan ke sekolah-sekolah.

"Tolong sebelum bikin lomba, bikin assasment dulu. Memangnya bikin buku itu SEGAMPANG bikin laporan pertanggungjawaban? Bikin laporan aja susah, apalagi buku. Pernah nggak Tuan dan Nyonya yang Terhormat mencari tahu dulu, apa saja yang harus dilakukan penulis dan semua perangkat kerjanya untuk menghasilkan naskah PDF LENGKAP DENGAN ILUSTRASI DAN LAYOUT itu agar sampai DI MEJA TUAN DAN NYONYA YANG TERHORMAT?" katanya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X