Penurunan Kondisi Mental Anak Muda Jadi Sorotan Selama Pandemi

- Senin, 15 Maret 2021 | 10:59 WIB
Ilustrasi depresi. (Pexels/Andrew Neel)
Ilustrasi depresi. (Pexels/Andrew Neel)

Anak muda rentan mengalami penurunan kondisi mental selama pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari Laporan Risiko Global 2021 (Global Risk Report 2021) yang diterbitkan World Economic Forum (WEF) bersama Zurich Insurance Group (Zurich).

Laporan tersebut mengutip bahwa 80% anak muda di seluruh dunia mengalami penurunan kondisi kesehatan mental selama pandemi. Rasa kekecewaan yang dialami anak muda (youth disillusionment) dan memburuknya kesehatan mental (mental health deterioration) ini pun disorot sebagai top global blind spot atau risiko global yang paling terabaikan selama pandemi.

Dari data yang dihimpun oleh layanan telemedicine Halodoc, menunjukkan bahwa konsultasi terkait kesehatan mental meninggal hingga 300% selama pandemi. Angkanya melonjak drastis, menjadikan layanan konsultasi kesehatan mental menjadi satu dari lima layanan konsultasi yang paling banyak digunakan pasien.

Dalam laporan Risiko Global 2021, memburuknya kondisi kesehatan mental anak muda disebut diakibatkan oleh prospek ekonomi dan pendidikan yang terbatas. Hal ini terjadi karena selama pandemi, terjadi kelambatan ekonomi yang mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran dan generasi muda yang baru memasuki dunia kerja terhambat dalam situasi ini.

Laporan ini juga menyebut pelajar yang baru lulus dan mulai memasuki dunia kerja di tengah krisis ekonomi cenderung berpenghasilan lebih rendah dari rekan-rekan kerja mereka yang lain. Bahkan, menganggur selama satu bulan pada usia 18-20 tahun diprediksi dapat menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar 2% secara permanen di masa mendatang.

-
Ilustrasi sedih. (Pexels/Pixabay)

Risiko pengangguran berpotensi semakin serius bagi anak muda yang tinggal di kawasan terpencil yang disebabkan adanya kesenjangan digital selama pandemi. Berdasarkan data UNICEF tahun 2020, ada 30% pelajar di seluruh dunia kekurangan akses dan infrastruktur teknologi untuk berpartisipasi dalam pembelajaran daring.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Agustus 2020 lalu menyatakan lebih dari 42.000 sekolah masih belum terakses internet. Dalam jangka panjang, kesenjangan digital dapat semakin memperlebar ketimpangan sosial-ekonomi.

"Tahun ini, kami menemukan bahwa pandemi telah menghadapkan generasi muda di seluruh dunia pada tantangan yang sangat besar, dan tanpa terkecuali generasi muda di Indonesia. Kualitas hidup generasi muda merupakan hal yang sangat penting, mengingat bahwa merekalah yang akan memimpin negeri ini pada 20 hingga 30 tahun mendatang," kata Hassan Karim, Direktur Utama Adira Insurance dikutip dari siaran pers, Senin (15/3/2021).

Selain masalah itu, Hassan juga mengatakan generasi muda harus memiliki saluran di mana mereka dapat bersuara dan memberikan kontribusi dalam pemulihan global untuk masa depan mereka.

"Situasi ini adalah masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan secara individual. Kami memahami anak muda Indonesia memiliki karakteristik yang unik. Maka, solusinya pun harus dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan dan kekhawatiran mereka," pungkas Hassan.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X