Sri Mulyani Curhat Betapa Dahsyatnya Pandemi Corona Dibanding Krisis Ekonomi 1998 dan 2008

- Selasa, 30 Juni 2020 | 15:17 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani.(REUTERS/Kham)
Menteri Keuangan Sri Mulyani.(REUTERS/Kham)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan perbedaan antara krisis ekonomi 1998 dan 2008, dengan krisis akibat pandemi Corona di 2020. Menurutnya, kondisi ekonomi akibat Corona lebih dahsyat lantaran tak hanya menciptakan kesulitan ekonomi saja, melainkan juga krisis kesehatan dan masalah sosial lainnya. 

Ia mengungkap, jika pada krisis ekonomi 1998 yang menghantam Indonesia penyebabnya adalah permasalahan keuangan di Asia. Lalu kemudian krisis ekonomi pada 2008 yang terjadi lantaran masalah keuangan global yang berawal dari Amerika Serikat (AS). Maka kini krisis ekonomi yang terjadi di tahun ini, disebabkan oleh pandemi virus corona

Menurutnya, penyebaran virus yang begitu tinggi dan cepat telah membuat keselamatan umat manusia terancam. Hal itu juga kemudian berimbas kepada banyaknya aktivitas ekonomi terhenti dan tersendat.

Sri Mulyani mengatakan, kondisi perekonomian di 2020 ini paling adalah kondisi yang paling menantang. Pasalnya, pemerintah tidak hanya harus melindungi warganya dari penyakit, namun juga perekonomian masyarakat secara bersamaan.

Dari sisi dampak, krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 dan 2008 itu pun terasa berbeda. Menurutnya, jika krisis 1998 dan 2008 membuat fokus utama hanya berusaha bangkit dalam sektor ekonomi. Namun pada 2020 ini, fokus tidak hanya pada aktivitas ekonomi, melainkan juga kesehatan masyarakat.

Akibatnya, Pemerintah Indonesia terpaksa kebijakan-kebijakan yang berdampak negatif bagi perekonomian demi menyelamatkan nyawa masyarakat. Salah satunya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah menekan ekonomi Indonesia.

"Ekonomi 2020 dulu semuanya proyeksinya adalah positif dan cukup baik, namun tiba-tiba terjadi (pandemi) di bulan Januari, sehingga bahkan APBN kita pun harus kita revisi. Sekarang kita sudah melakukan revisi sampai dua kali karena penerimaan negara dari sisi perpajakan dari penerimaan negara bukan pajak juga menurun. Sampai dengan Mei, kita melihat sampai negatifnya mendekati 10%, ini karena seluruh perusahaan perusahaan mereka yang selama ini bekerja dan tadi harga komoditas semuanya yang berkontribusi pada penerimaan negara, mengalami penurunan yang cukup tajam," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers BNPB mengenai update terkini perekonomian Indonesia, Selasa (30/6/2020). 

Hal lainnya yang membedakan antara krisis kali ini dengan krisis 1998 dan 2008 adalah karena adanya pembatasan sosial dan interaksi di masyarakat. Hal itu kemudian menyebabkan kontraksi ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat yang sangat signifikan. 

“Krisis kali ini berbeda sekali karena kita harus melindungi manusia dan perekonomiannya sekaligus. Satu hal yang berbeda pada krisis kali ini adalah adanya pembatasan sosial. Itu salah satu shock (kejutan) besar karena tidak pernah terjadi sebelumnya. Jadi kita harus memikirkan dua sampai tiga langkah ke depan," tuturnya. 

Selain itu, Sri Mulyani juga menyebut bahwa dampak krisis ekonomi akibat pandemi kali ini benar-benar berimbas pada seluruh kalangan masyarakat. Mulai dari pengusaha, pekerja, hingga rumah tangga.

Pemerintah, kata dia, tengah berusaha memutar otak untuk memenuhi kebutuhan anggaran agar bisa menjalankan berbagai kebijakan penanganan dampak pandemi corona. Imbas kebijakan tersebut, Indonesia akan mengalami defisit anggaran yang melebar sampai ke kisaran 6,07% di 2020.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X