'Subak', Warisan Budaya Bali Jadi Tampilan Google Doodle Hari Ini, Ini Faktanya

- Senin, 29 Juni 2020 | 13:44 WIB
Pemandangan sawah bertingkat di Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, yang mirip seperti di Bali. (Foto: Indozone.id/Abul Muamar)
Pemandangan sawah bertingkat di Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, yang mirip seperti di Bali. (Foto: Indozone.id/Abul Muamar)

Google Doodle hari ini menampilkan ilustrasi Subak, warisan budaya irigasi persawahan yang berasal dari Bali. Ilustrasi itu dibuat oleh Hana Augustine. 

Subak telah menjadi salah satu warisan dunia UNESCO, yang ditetapkan pada tanggal 29 Juni 2012, setelah melalui sidang di Saint Petersburg, Rusia. 

Subak yang tampilannya identik dengan sawah bertingkat pada umumnya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan dan petani. Pura tersebut diperuntukkan bagi Dewi Sri, yaitu dewi kemakmuran dan kesuburan.

Dikutip dari laman Pemkab Buleleng, subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional, keberadaan Subak merupakan manifestasi dari filosofi/konsep Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang berarti kebahagiaan/kesejahteraan dan "Karana" yang artinya penyebab. Maka dapat disimpulkan bahwa Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”. 

Penerapannya didalam sistem subak yaitu Parahyanganyaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan; Pawonganyaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya; dan Palemahanyakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya.

Clifford Geertz, antropolog asal Amerika Serikat yang banyak meneliti di Indonesia, juga pernah mempelajari Subak selama bertahun-tahun.

Peneliti lain seperti J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian yang biasa dilupakan oleh orang asing. 

Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.

Tak Sekadar Sistem Irigasi

Kata "Subak" berasal dari bahasa Bali. Asal kata tersebut pertama kali dilihat di dalam prasasti Pandak Bandung yang memiliki angka tahun 1072 M. Subak mengacu pada sebuah lembaga sosial dan keagamaan yang memiliki pengaturan tersendiri, asosiasi-asosiasi yang demokratis dari petani dalam menetapkan penggunaan air irigasi untuk pertumbuhan padi.

Subak bagi masyarakat Bali tidak hanya sekadar sistem irigasi, tetapi juga merupakan konsep kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan rakyat Bali, Subak adalah gambaran langsung dari filosofi Tri Hita Karana tersebut.

Sebagai suatu metode penataan hidup bersama, Subak mampu bertahan selama lebih dari satu abad karena masyarakatnya taat kepada tradisi leluhur. Pembagian air dilakukan secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama.

Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura. Harmonisasi kehidupan seperti inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di pulau dewata.

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X