Ketum PP Muhammadiyah Sebut Pandemi Corona Mengajarkan Orang Lebih Menghargai Nyawa

- Sabtu, 18 Juli 2020 | 15:27 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir. (ANTARA/Sigid Kurniawan)
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir. (ANTARA/Sigid Kurniawan)

Sejumlah negara termasuk Indonesia, masih dilanda wabah virus corona. Terkait dengan ini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan bahwa pandemi corona mengajarkan seluruh umat manusia di muka bumi ini untuk lebih menghargai nyawa.

"Tuhan saja Yang Maha Segalanya yang menciptakan manusia dan kehidupan ini begitu menjunjung tinggi harga nyawa manusia, bahkan seluruh makhluk di muka bumi. Karena itu kita sebagai khalifah di muka bumi juga harus menghargai nyawa manusia," ujar Haedar melalui telekonferensi di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Jumat (17/7/2020).

Menurutnya, di negara Indonesia yang menjunjung tinggi Ideologi Pancasila, penghargaan terhadap nyawa manusia termasuk dalam implementasi sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

-
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. (ANTARA/Luqman Hakim)

Dia menambahkan, warga dunia termasuk juga warga Muhammadiyah perlu secara konsisten dan disiplin melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan mulai pembatasan jarak fisik (physical distancing), memakai masker, serta cuci tangan karena hingga kini belum ada tren penurunan kasus.

"Kita ingin COVID-19 tidak menular semakin meluas," ungkapnya.

Atas dasar itu pula, PP Muhammadiyah dan Aisyiyah memutuskan menunda pelaksanaan perhelatan penting lima tahunan yakni Muktamar ke-48 yang sedianya digelar pada Juli 2020.

"Berdasarkan ahli epidemiologi dan ahli-ahli kedokteran bahwa hingga Desember 2020 kita tidak memungkinkan melaksanakan acara yang melibatkan banyak massa," tambahnya.

Dia menuturkan, bisa saja Muhammadiyah tetap menggelar Muktamar,  dengan melibatkan banyak orang. Namun katanya, di tengah memasuki era new normal ini, jangan sampai mengabaikan risiko penularan virus corona.

-
Sejumlah calon penumpang mengantre dengan menjaga jarak fisik saat pemeriksaan dokumen perjalanan di Bandara Sultan Hasanuddin, Maros, Sulawesi Selatan. (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

"Mungkin kebetulan kita tidak kena, tetapi ingat ketika kita terlibat dalam aktivitas yang melibatkan orang banyak, apalagi dengan adanya OTG (orang tanpa gejala) sehingga rumah sakit menjadi penuh, maka itu adalah tindakan yang tidak bertanggungjawab baik dari segi keagamaan maupun sosial," sambungnya.

Haedar berharap, warga tidak memandang wabah virus corona sebagai sesuatu yang ringan dan sepele. Pasalnya katanya, dalm kurun waktu empat bulan, kasus meninggal karena corona di dunia mencapai 599.716 kasus, dilansir dari laman Worldometers.

"Dalam konteks 'azali' tentu kematian masuk wilayah Allah SWT tetapi dalam konteks duniawi maka kita perlu berikhtiar," 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X