Google, Amazon, Tesla Lebih Pilih Indonesia, Denny Siregar: Jokowi Bikin Malaysia Kesal

- Jumat, 18 Desember 2020 | 13:43 WIB
Mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak. (REUTERS/Kimimasa Mayama)
Mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak. (REUTERS/Kimimasa Mayama)

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak mengungkapkan kekecawannya terhadap Malaysia yang dianggapnya kalah bersaing dengan Indonesia dalam upaya menarik investor dalam dua tahun terakhir. 

Tampaknya Mantan PM Malaysia periode 2009-2018 itu kesal lantaran Indonesia banyak mendapatkan investasi dari beberapa teknologi raksasa seperti Google, Amazon dan Tesla lebih melirik Indonesia untuk investasi.

Hal itu tampak pada cuwitan Denny Siregar di akun twitter pribadinya, Jum'at (18/12) yang menyebut hanya di masa kepemimpinan presiden Jokowi yang bisa membuat Malaysia kalah bersaing dalam hal investasi.

"Cuman @jokowi yang bisa bikin kesal Malaysia," tulis Denny di akun twitternya, seperti dikutip INDOZONE, Jum'at (18/12).

Ia juga menulis padahal dulu dirinya sempat kesal, lantaran perusahaan global hanya berinvestasi di negara lain seperti Malaysia atau Singapura. Padahal kalau dilihat dari jumlah penduduknya, penduduk Indonesia lebih banyak dibandingkan negara tersebut.

"Dulu gua kesal banget. Kenapa sih perusahaan2 global itu kok kalo gak investasi di Malaysia, ya di Singapura. Padahal secara jumlah penduduk kita jauh lebih besar dari mereka," tulisnya.

-
Twitter/ @Dennysiregar7

Sebelumnya Najib Razak yang sempat dipidana 12 tahun penjara terkait kasus korupsi 1MDB (Malaysia Development Berhad) itu mengungkapkan kekecawaanya di akun facebook pribadinya, Minggu (13/12).

"Tesla akan ke Indonesia, Amazon akan ke Indonesia, Google akan ke Indonesia, Apa yang sudah berlaku?" tulis Najib Razak dalam unggahannya.

Pada unggahan tersebut, Najib Razak juga mengunggah beberapa tangkapan layar yang memberitakan langkah investasi perusahaan teknologi terkemuka tersebut di Indonesia.

Padahal menurut Najib Razak, Malaysia punya banyak lembaga investasi, yang seharusnya bisa mengakomodasi kebutuhan para investor global.

"Kita ada banyak agensi pelaburan (investasi), MITI ada, MIDA ada, InvestKL ada, MDEC ada," rulis Nazib.

Tak hanya itu, Nazib juga membandingkan sistem kepemimpinan Malaysia sekarang dengan masa saat dirinya memimpin. Ia menyebut dulu misi perdagangan dan pelabuhan langsung dipimpin oleh dirinya. Bahkan sekitar 80 perusahaan internasional ia undang ke Malaysia pada periode kepemimpinannya.

"Dahulunya saya sendiri memimpin misi perdagangan dan pelaburan. Jumpa pemimpin luar negara dan ketua-ketua industri. Kira-kira 80 syarikat antarabangsa dijemput ke Malaysia pada masa saya," tulisnya.

Nazib juga menyebut investasi dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat Malaysia baik di dalam maupun di luar negeri.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X