Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyelesaikan revitalisasi Pasar Johar, di Semarang, Jawa Tengah. Bangunan itu sempat vakum dari aktivitas jual beli akibat terbakar pada 2015.
Pasar bersejarah yang terdaftar sebagai cagar budaya Kota Semarang itu telah bersemi kembali saat ini. Para pedagang pun siap kembali menjajakan jualannya.
Akan tetapi, pengelola harus melakukan seleksi terhadap para pedagang yang ingin berjualan di Pasar Johar. Langkah itu terpaksa diterapkan karena kapasitas pasar yang tidak cukup menampung seluruh pedagang.
"Sekarang sedang tahap pemilihan pedagang yang akan masuk mengisi pasar. Itu menjadi tugas pemerintah kota. Mereka masih terus berkomunikasi dan bermufakat dengan para pedagang," ujar Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono melalui keterangan resmi, Senin (30/12).
Pasar Johar idealnya menampung 4.000 pedagang. Namun pada masa sebelumnya, pasar itu diisi 7.000 pedagang karena kurangnya manajemen pengawasan.
"Kami harap pemilihan bisa berjalan adil sehingga masyarakat tidak dirugikan. Terlebih, revitalisasi ini dilakukan dengan dana APBN," ujar Basuki.
Pasar Johar telah menjadi denyut nadi perekonomian Jawa Tengah sejak lama. Sebelum direvitalisasi, kondisi pasar yang dibangun pada 1930-an oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten itu telah mengalami kerusakan di beberapa bagian.
Revitalisasi pun dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip pelestarian bangunan gedung cagar budaya dengan melibatkan pemerintah daerah.
"Kios-kios untuk para pedagang terbuat dari kayu yang dipernis cokelat, sehingga kesan klasik sangat terlihat. Selain itu, tiang-tiang penyangga atap bangunan yang dulu terlihat lapuk, kini sudah direvitalisasi kembali dengan sebagian tiang yang diekspos sesuai bentuk asli," ujar Basuki.
