Imbas Lonjakan Pasokan dan Kepanikan Pasar, Minyak Brent Terjun Bebas

- Rabu, 22 April 2020 | 08:00 WIB
Ilustrasi minyak mentah (REUTERS)
Ilustrasi minyak mentah (REUTERS)

Setelah harga minyak berjangka America (WTI) anjlok hingga ke level minus untuk pertama kali dalam sejarah kemarin, hari ini giliran minyak berjangka Brent yang terkoreksi. Hal tersebut menyusul lonjakan pasokan yang begitu dahsyat, serta dibarengi adanya kepanikan pasar yang luar biasa. 

Senin dan Selasa adalah dua hari yang paling bergejolak dalam sejarah perdagangan minyak, karena investor menghadapi kenyataan bahwa pasokan di seluruh dunia akan membanjiri permintaan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan pemotongan produksi saat ini untuk mengimbangi kelebihan produksi, tampaknya sangat jauh dari cukup.

Setelah perdagangan Senin, ketika WTI untuk kontrak pengiriman Mei jatuh ke wilayah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah, Selasa menetapkan tonggak baru karena lebih dari 2 juta kontrak bagi minyak mentah AS untuk pengiriman Juni berpindah tangan, hari tersibuk dalam sejarah, menurut operator exchange CME Group.

Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juni, patokan internasional, ditutup merosot 24% menjadi USD19,33 per barel, yang merupakan level terendah sejak Februari 2002, demikian laporan Reuters, di New York, Selasa (21/4/2020) atau Rabu (22/4/2020) pagi WIB.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni, menyusut USD8,86, atau 43%, menjadi USD11,57 per barel. Sementara itu kontrak WTI untuk pengiriman Mei, yang berakhir Selasa, pulih kembali dari kejatuhan yang dalam ke wilayah negatif, naik menjadi USD10,01 dari  settlement  hari sebelumnya di minus USD37,63.

Persediaan minyak melesat selama berminggu-minggu setelah Arab Saudi dan Rusia, awal Maret lalu, gagal mencapai kesepakatan tentang perpanjangan pemotongan produksi karena pandemi virus corona semakin memburuk. Sejak saat itu, penyebaran pandemi tersebut menekan permintaan bahan bakar sekitar 30% di seluruh dunia.

Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, akhirnya mengumumkan pengurangan produksi pada awal April, yang berjumlah hampir 10% dari pasokan global. Tetapi dengan kondisi ekonomi yang hampir macet karena penguncian virus corona, itu tidak cukup untuk mengimbangi kejatuhan permintaan.

-
Ilustrasi kilang minyak (ANTARA)

 

Sementara itu pada Selasa kemarin, Arab Saudi dan Rusia mengatakan mereka siap untuk mengambil langkah-langkah tambahan guna menstabilkan pasar minyak bersama dengan produsen lain, tetapi mereka belum mengambil tindakan.

"Matematikanya cukup sederhana. Produksi minyak saat ini sekitar 90 juta barel per hari, tetapi permintaan hanya 75 juta barel per hari," kata Gregory Leo, Kepala Investasi IDB Bank.

Sementara itu, di Texas, regulator minyak dan gas menolak untuk memaksa produsen mengurangi produksinya. Texas Railroad Commission, yang mengatur perusahaan energi di negara bagian itu, mempertimbangkan untuk melakukan intervensi di pasar untuk pertama kalinya dalam hampir 50 tahun.

"Texas mengambil keputusan mereka dan dengan OPEC tidak menunjukkan urgensi, itu berarti dunia akan kehabisan ruang untuk menyimpan minyak pada pekan kedua Mei," kata Edward Moya, analis OANDA di New York.

Pusat penyimpanan utama Amerika di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk WTI, diperkirakan penuh dalam beberapa minggu. Data resmi pemerintah AS menunjukkan penyimpanan di Cushing hanya terisi 70% pada pertengahan April.

Presiden Donald Trump sendiri meminta pemerintah untuk menyediakan dana bagi industri minyak dan gas AS, menyebut kejatuhan pada sesi Senin sebagai "tekanan finansial" dan menghentikan impor dari Saudi.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X