Seorang perempuan di Iran dilaporkan membakar dirinya sendiri di depan gedung pengadilan Tehran pada Minggu (1/9). Perempuan berusia 29 tahun yang diketahui bernama Sahar Khabazi tersebut melakukan aksi tersebut sebagai bentuk protes setelah ia ditangkap dan dibawa ke pengadilan karena menyamar sebagai laki-laki dan menonton sepak bola secara ilegal.
Saat itu juga, dia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Motahari dan kini tengah menjalani perawatan intensif. Akibat aksi membakar diri yang dilakukannya itu, 90 persen tubuh Sahar mengalami luka bakar cukup parah.
Menurut informasi dari juru bicara pengadilan Iran, Sahar sempat berdebat dengan pihak keamanan stadion pada Februari 2019 lalu. Saat itu, ia menolak ditangkap, menghina aparat kepolisian, dan tidak mematuhi aturan berpakaian perempuan Muslim.
Ia kemudian ditahan dan kembali dibebaskan untuk menghadiri pengadilan dengan tuduhan penghinaan terhadap masyarakat Iran. Dia juga dituduh telah melanggar aturan berpakaian bagi perempuan Muslim di Iran, di mana aturan yang berlaku tidak memperbolehkan perempuan berpakaian ketat.
Aturan berpakaian tersebut diterapkan Iran setelah mengalami Revolusi Islam pada tahun 1979. Pihak otoritas Islam di negara tersebut memberlakukan aturan berpakaian wajib yang mengharuskan semua perempuan mengenakan jilbab. Namun, aturan itu sendiri masih menimbulkan kontroversi. Para aktivis hak-hak perempuan di Iran terus memperjuangkan agar pemerintah mengubah larangan tersebut.
Menanggapi hal itu, pada November 2018 lalu, pemerintah Iran membuat pengecualian dan memperbolehkan perempuan menghadiri final Liga Champions Asia di Stadion Azadi di Tehran, Iran. Dengan catatan, tempat duduk perempuan dan laki-laki harus tetap terpisah.
Tak hanya kontroversi di kalangan aktivis perempuan, begitu pula dengan pihak FIFA sebagai penyelenggara sepak bola terbesar di Iran. Mereka berkampanye agar perempuan Iran diizinkan untuk menghadiri pertandingan sepak bola.
“Kampanye soal kesetaraan gender adalah prioritas bagi FIFA. Sesuai dengan ketetapan perusahaan, kami akan terus berkomitmen untuk menyuarakan hal ini, terutama selama Piala Dunia Wanita FIFA,” kata dewan FIFA dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Daily Mail.
Sahar Khabazi, the Blue girl,
— OpenStadiums (@openStadiums) September 10, 2019
passed away monday morning.
If humiliation, detention and prison wasn't enough for #FIFA to take action now one us burnt herself to show Iranian women want to watch football too.#????_???
Bahkan, sebagian besar kalangan pria di Iran juga kerap membawa spanduk yang menyuarakan protes mereka agar perempuan diizinkan masuk ke dalam stadion dan menonton pertandingan. Tagar #NoBan4Women juga ramai di media sosial.