Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai ada sejumlah faktor pendorong untuk memindahkan ibu kota.
Asvi menjelaskan jika menilik sejarah, Presiden RI pertama Soekarno pernah merencanakan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat dan DI Yogyakarta. Faktor pendorong pemindahan pusat pemerintahan ke Yogyakarta yakni Jakarta dalam kondisi tidak aman.
"Yogyakarta ditawarkan jadi pusat pemerintah karena ada situasi genting yang menjadi faktor pendorongnya. Begitu juga ketika presiden sempat mengirim surat pembentukan pusat pemerintahan darurat di Bukit Tinggi karena ada faktor darurat," ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Gundah Ibukota Dipindah' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/2019).
Asvi menambahkan, rencana pemerintah memindahkan ibu kota juga memiliki faktor pendorong. Bahkan menurutnya faktor tersebut sudah dirasakan oleh masyarakat Jakarta. Semisal kemacatan, banjir.
"Kita bisa bayangkan 40 tahun lagi soal Kemacetan, Banjir, tenggelamnya Jakarta Utara dan lain-lain," katanya.
Selain faktor pendorong itu, ada faktor pendorong lain, yakni perpindahan ibu kota di daerah kalimantan diharapkan mendorong pembangunan ekonomi ke arah timur.
"Harapannya diletakan di tengah-tengah akan mendorong pembangunan ekonomi dan pembangunan ekonomi yang menoleh ke timur," katanya.