Kesulitan Ekonomi Jadi Alasan Malaysia Tolak Pengungsi Rohingya

- Sabtu, 27 Juni 2020 | 10:32 WIB
Warga melakukan evakuasi paksa pengungsi etnis Rohingya dari kapal di pesisir pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, Kamis (25/6/2020). (ANTARA/Rahmad)
Warga melakukan evakuasi paksa pengungsi etnis Rohingya dari kapal di pesisir pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, Kamis (25/6/2020). (ANTARA/Rahmad)

Malaysia tidak bisa lagi menerima pengungsi etnis Rohingya dari Myanmar karena kesulitan ekonomi dan sumber daya yang semakin menipis akibat pandemi Corona (COVID-19).

Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang diselenggarakan secara virtual.

"Kami tidak bisa lagi menampung lebih banyak (pengungsi) karena sumber daya dan kapasitas kami sudah menipis, dan diperparah oleh pandemi COVID-19," ujar Muhyiddin, Jumat (27/6/2020).

Malaysia sebelumnya menjadi tujuan favorit warga Rohingya untuk mengungsi setelah melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer pada 2017 di Myanmar.

Namun, Malaysia baru-baru ini menolak para pengungsi Rohingya yang datang dengan perahu di perairan Malaysia. Penolakan tersebut terjadi di tengah meningkatnya kemarahan masyarakat yang menuduh orang asing telah menyebarkan virus. Mereka juga menganggap kehadiran orang asing di negara tersebut hanya akan menghabiskan anggaran negara.

Perlakuan Myanmar terhadap etnis Rohingya hingga saat ini masih menjadi kecaman dan terus menuai kritikan. Namun, Myanmar menyangkal telah melakukan pelanggaran HAM dan menyebut bahwa Rohingya bukan warga negara tetapi imigran ilegal dari Asia Selatan.

Warga Rohingya sudah bertahun-tahun menaiki kapal untuk menuju ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

Terkait hal ini, Muhyiddin mendesak badan pengungsi PBB (UNHCR) untuk mempercepat penempatan kembali pengungsi Rohingya di Malaysia ke negara ketiga.

Dia juga menyerukan lebih banyak upaya untuk memerangi perdagangan manusia yang melibatkan etnis Rohingya. Situsai ini menurutnya membuat kasus eksploitasi semakin meningkat. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X