Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero) Sulami Bahar menyatakan bahwa pihaknya mendukung pemerintah terkait menekan prevalensi atau kebiasan merokok pada anak di Indonesia yang semakin meningkat.
"Kami mendukung pemerintah untuk turunkan prevalensi merokok anak. Kami sendiri dari industri rokok sebenarnya juga tidak menghendaki adanya kenaikan prevalensi merokok anak, karena kita sudah mengikuti peraturan pemerintah," ujar Sulami, dilansir dari Antara, Selasa (6/10/2020).
Di sisi lain, dari hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi merokok pada anak dan remaja meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018. Angka itu tentunya jauh dari target RPJMN 2015-2019 yang menargetkan perokok anak turun hingga 5,4 persen pada 2019.
Sulami pun menilai bahwa ada faktor yang membuat penyebab perokok usia dini dikarenakan adanya anggota keluarga yang juga perokok. Tak hanya itu, faktor lainnya juga seperti pendidikan, lingkungan sosial, teman sekolah, dan kondisi psikologis.
"Satu bukti penelitian, 43 persen jika harga rokok naik, akan memilih beralih ke produk lain. Sedangkan sebanyak 57 persen tidak beralih produk rokok, sehingga harga yang berubah tidak berpengaruh terhadap perubahan konsumsi rokok usia dini," ujar Sulami.
Maka dari itu, pihaknya pun berharap pemerintah dapat fokus dalam mengoptimalkan kebijakan yang sudah ada diantaranya seperti program pendidikan wajib belajar, pengadaan program sosialisasi di sekolah, maupun kegiatan di tingkat desa bagi orang tua tentang pengaruh merokok di usia dini.
Mulai dari penegasan aturan tentang pemasaran terbatas, kemudian pengoptimalan berbagai program peningkatan taraf hidup masyarakat, dan program pemberian susu dan makanan bergizi secara gratis bagi balita Indonesia melalui Posyandu.
