Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah yang didirikan oleh Rizieq Shihab mendadak jadi sorotan usai disurati oleh pihak PTPN VIII agar dikosongkan.
Berdasarkan penelusuran Indozone.id, ponpes yang terletak di Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu dikenal dengan konsep belajar di alam.
Tak cuma diajarkan untuk menjadi da'i dan hafiz Alquran, para santri juga belajar pertanian dan penghijauan lahan. Saban hari, setelah mengkaji Alquran, mereka bercocok tanam di lahan yang cukup luas.
Suasana sejuk dan panoroma alam di sekeliling pesantren membuat para santri nyaman dan gembira menuntut ilmu.
Dalam video yang ditayangkan akun YouTube Wahyu Prasti, terlihat bagaimana santri bergotong royong menanam berbagai jenis tanaman, mulai dari sayur-sayuran seperti terong, timun, dan lainnya.
Selain berbasis pertanian dan kehutanan, ponpes tersebut juga berbasis peternakan dan perikanan.
Mottonya, "Cinta Alam, Hijaukan Bumi, Lestarikan Hutan, dan Lindungi Satwa". Tujuan didirikannya Ponpes Alam Agrokultural Markaz Syariah adalah mengantisipasi penyakit Islamhopobia.
Terancam Digusur
Sebelumnya, Rizieq Shihab membeberkan fakta mencengangkan terkait lahan tempat berdirinya Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah di Megamendung, Bogor, yang kini diminta untuk dikosongkan oleh PTPN VIII.
Menurut Rizieq, tanda-tanda pesantren yang didirikannya itu bakal tergusur sudah terendus jauh-jauh hari.
Dalam sebuah video yang dibagikan akun Twitter @FKadrun, Rabu (23/12/2020), Rizieq mengungkapkan bahwa pada tahun 2017, PTPN VIII didatangi oleh sejumlah oknum yang mengaku dari Polda Jawa Barat, dan dipaksa untuk membuat laporan bahwa dirinya telah merampas tanah tersebut.
"Mereka minta PTPN untuk membuat laporan seolah-olah kita merampas tanah. Beberapa warga dipaksa untuk bikin laporan atau jadi saksi seolah-olah saya ini merampas tanah mereka," katanya.
Dalam video tersebut, Rizieq mengklaim bahwa tanah tempat pesantrennya berdiri sudah ia beli secara resmi. Karenanya, jika akan mengambil tanah tersebut, ia minta negara mengembalikan uang yang telah dibayarkan.
Uang itu nantinya akan dipakai untuk membeli lahan di tempat lain untuk mendirikan kembali pesantren yang sama.
"Mau diambil silakan, tapi tolong kembalikan semua uang yang telah dikeluarkan oleh umat, supaya uang tersebut bisa dipakai untuk membeli tanah lain untuk membangun (pesantren) yang sama," katanya.