Merinding! Begini Kesaksian Dokter Forensik Saat Identifikasi Jasad Teroris Bom Bunuh Diri

- Rabu, 7 April 2021 | 19:01 WIB
Polisi mengamati motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri sebelum dievakuasi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). (ANTARA/Arnas Padda)
Polisi mengamati motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri sebelum dievakuasi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). (ANTARA/Arnas Padda)

Sebuah diskusi membahas terkait proses identifikasi jasad-jasad teroris yang tewas termasuk jasad teroris yang tewas akibat bom bunuh diri. Proses identifikasi pun tenryata dilakukan sama dengan proses identifikasi jasad-jasad lainnya.

Diskusi yang disiarkan live melalui Instagram ini dipandu oleh Pakar Kriminolog Adrianus Meliala. Pembicara dalam diskusi ini yakni Dokter Forensik bernama Ade Firmansyah Sugiharto.

"Topiknya kesulitan dokter forensik dalam rangka mengenali jasad pelaku atau korban kasus terorisme, cara mengidentifikasi pelaku teroris atau korban teroris," kata Adrianus dalam siaran live Instagram, Rabu (7/4/2021).

Dalam diskusi itu dokter Ade membuka dengan pembahasan keahlian dokter forensik yang bisa mengidentifikasi luka ditubuh manusia. Luka itu dapat dilihat lazim atau tidak dalam suatu kasus.

Baca Juga: BNPB Kerahkan 6 Helikopter, Bantu Penanganan Bencana di NTT

"Kami memiliki pengetahuan kelaziman luka. Jadi kami bisa beri pendapat misalnya ada kecelakaan lalu lintas, dari pola luka bisa dilihat apa betul akibat laka lantas," kata Ade.

Mengenai kasus terorisme, Ade menyebut pelaku maupun korban yang terkena bom jarak dekat atau bom bunuh diri akan dalam keadaan hancur bagian perut. Isi perut korban maupun pelaku pun juga bisa saja berceceran.

-
Ilustrasi mayat. (IMDB)

 

"Tubuh manusia berbeda dengan tembok. Tubuh manusia punya bagian tertutup tulang seperti kepala, rongga dada yang melindungi jantung, paru tapi perut tidak ada pelindungnya, hanya dilindungi dinding perut terdiri dari jaringan otot dan lemak," kata Ade.

"Makanya yang sudah-sudah bagian perut akan hancur dibanding bagian lainnya tapi tergantung kekuatan bom. Biasanya bom bunuh diri melekat bagian tubuh akan hancur. Kalau korban di sekitarnya daerah perut yang sangat rentan," sambung Ade.

Untuk korban yang posisinya jauh dari titik ledak bom, jika bom berkekuatan besar, korban akan mengalami kerusakan pendengaran. Sedangkan untuk korban atau pelaku yang posisinya dekat dengan bom hampir bisa dipastikan jika pelaku atau korban akan tewas.

"Dari pengalaman kita selama ini semua pelaku bom bunuh diri setahu saya tidak pernah selamat karena itu tujuanya bunuh diri dengan bom, ya tidak ada ceritanya dia masih hidup," kata Ade.

Jasad yang tewas akibat bom bisa saja tidak utuh atau terpencar. Biasanya, tim forensik akan melakukan proses identifikasi body part yang ada dengan cara-cara umum seperti saat mengidentifikasi korban bencana alam atau kecelakaan besar lainnya.

"Sekarang ini untuk melakukan metode identifikasi terkait korban saat ini kita mengikuti pedoman forensik dari Interpol. Selama kalau kita temukan darah ya (identifikasi dari) darah, bisa tulang, nah sekarang fokusnya ke lemak. Kami lihat lemak bagian yang tertinggal setiap kasus," kata Ade.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X