Salah satu lokasi snorkeling yang terdampak limbah minyak hitam ialah Bintan Nemo. Kawasan ini dikenal dengan konsep wisata kelong alias rumah panggung di tengah laut yang berada di Pantai Trikora Dua.
"Semalam ada sekitar empat turis Prancis yang ingin snorkeling di sini. Tapi setelah melihat ada minyak hitam, akhirnya batal, mereka sangat kecewa," kata Karno, Owner Bintan Nemo, Rabu (19/2/2020).
Karno menjelaskan, dalam beberapa hari ke depan, pihaknya terpaksa menolak wisatawan yang datang untuk snorkeling sampai laut tersebut bebas dari pencemaran minyak hitam.
"Sekitar tiga hari kita stop beroperasi dulu, percuma kalau dipaksakan terima tamu, pasti ujung-ujungnya tak jadi, karena faktor minyak hitam itu tadi," ujarnya.
Ia mengakui, pencemaran minyak hitam ini jelas mengurangi pendapatannya sebagai penyedia jasa wisata snorkeling.
Karno mengungkapkan, dalam kondisi normal, ia bisa menerima lima tamu yang ingin snorkeling.
"Kalau untuk tamu dalam negeri, harga snorkeling Rp200 ribu per orang. Sedangkan tamu luar negeri Rp300 ribu per orang," ujarnya.
Ia mengungkapkan, cairan minyak hitam tersebut mulai mengotori laut sekitar, khususnya Pantai Trikora Dua, sejak semalam, Selasa (18/2/2020).
Menurut Karno, lokasi yang paling parah terdampak pencemaran ini ialah Desa Pengudang. Minyak hitam sudah mencemari kawasan ini sejak 16 Februari 2020 kemarin.
Karno mengaku pencemaran minyak hitam ini selalu terjadi setiap tahunnya terutama saat musim angin utara, dan sulit untuk diatasi.
Apalagi jumlah minyak hitam yang mengotori laut bisa lebih dari dua ton.
"Ini minyaknya bukan satu atau dua ton, lebih banyak dari itu. Bayangkan berapa drum yang diperlukan buat menampung. Maka itu saya biarkan begitu saja, nanti juga hilang sendiri," tutur Karno.