Rencana Sekolah Aktif Juli 2020, Pengamat: Pemerintah Terlalu Cepat Ambil Kebijakan

- Minggu, 10 Mei 2020 | 15:14 WIB
Sekola (Antaranews/Adeng Bustomi)
Sekola (Antaranews/Adeng Bustomi)

Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kembali mangaktifkan aktivitas belajar mengajar sekolah seperti biasa pada Juli 2020 mendatang, harus memperhatikan kondisi dan situasi perkembangan Covid-19 saat ini.

Menurut Pengamat Pendidikan Doni Koesoema, kebijakan pemerintah untuk mengaktifkan proses belajar mengajar pada Juli 2020 terlalu cepat jika melihat kondisi penyebaran Covid-19 yang terus meningkat saat ini.

"Ya, kalau kita melihat kondisi perkembangan Covid-19 tiap hari semakin meningkat dan kita belum sampai pada puncaknya. Saat ini perkembangan Covid-19 masih terjadi, sehari bisa 200, 300 bahkan kemarin 500. Ini kan berarti penyebarannnya masih berlangsung dan berhubungan dengan pergerakan orang, sehingga harus dipertimbangankan lagi," kata Doni saat dihubungi Indozone, Minggu (10/5/2020).

Kalaupun kebijakan ini karena bertepatan dengan mulainya tahun ajaran baru, sebaiknya harus dilihat kondisi setiap daerah, dimana aktivitas pendidikan di sekolah hanya boleh dilakukan di daerah-daerah yang steril dari Covid-19 atau zona hijau.

"Jadi kalau Juli sebenarnya kita harus melihat, apakah sudah menurun  atau tidak. Tapi kalau memang itu sudah tepat dengan mulainya ajaran baru, itu pun harus di lihat di daerah-daerah yang hijau. Artinya hanya bisa dilakukan, di sekolah-sekolah di daerah-daerah yang wilayahnya belum terdampak Covid," ujar Alumnus College Lynch School of Education Boston USA ini.

Untuk memastikan daerah itu steril, harusnya diikuti tes sekitar 10 persen populasi di daerah tersebut dan ada jaminan dari kementerian kesehatan bahwa daerah itu memang aman bagi aktivitas pendidikan anak-anak dan guru.

"Nah, bisa gak pemerintah dalam hal ini kementerian kesehatan memastikan bahwa daerah-daerah tersebut steril dari Covid. Kalau di daerah mereka tidak ada kasus, boleh. Itu gak apa-apa. Harus ada cek uji sample bahkan di daerah yang hijau atau tidak ada. Akan bijaksana kalau di daerah dibuat sampel sekitar 10 persen populasi di daerah itu. Kalau aman, bisa untuk sekolah," paparnya.

Kalau tidak demikian, anak hanya akan menjadi korban dan mereka akan menularkan penyakit kepada anggota keluarga, sehingga akan semakin sulit untuk mengendalikan kondisi Covid-19 saat ini.

"Kalau belum aman. Keluarganya enggak kena begitu anak pulang sekolah, bawa penyakit, bawa virus dan menulari keluarga dan ini bahaya. Saya pikir ini pemerintah terlalu cepat mengambil kebijakan. Jadi harus dipastikan daerah itu hijau," tukasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X