Terapkan PSBB, Kualitas Udara di Jakarta Dinilai Masih Buruk

- Kamis, 30 April 2020 | 17:36 WIB
Jakarta. (Pexels/Tom Fisk)
Jakarta. (Pexels/Tom Fisk)

Sudah hampir sebulan Pemprov DKI Jakarta menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna mengendalikan penyebaran virus corona (Covid-19). Kebijakan ini memaksa warga ibu kota untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Mulai dari belajar, bekerja, beribadah, hingga aktivitas lainnya.

Sejak diberlakukannya PSBB, tak sedikit masyarakat yang mengatakan jika tingkat polusi udara berkurang. Di media sosial sempat ramai foto-foto yang memperlihatkan cerahnya langit Jakarta yang berwarna biru bahkan gunung sampai terlihat. Hal itu membuat banyak orang merasa gembira karena selama ini kualitas udara di ibu kota terbilang buruk.

Namun kenyataannya tidaklah demikian. Berdasarkan catatan indeks kualitas udara, tingkat pencemaran udara di Jakarta dan kota-kota penyangga masih cukup tinggi. Walaupun moda transportasi banyak yang tidak beroperasi, ternyata tidak memengaruhi tingkat PM2.5.

"Sumber bergerak transportasi dibatasi PSBB, tapi PM2.5 masih tinggi. Berarti ada sumber bergerak lain yang menyumbangkan polusi," ujar Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu dalam konferensi virtual, Kamis (30/4/2020).

-
Jakarta. (Pexels/Alifia Harina)

 

Menurutnya, di tengah kebijakan PSBB masih ada kendaraan besar untuk logistik seperti kontainer yang beroperasi. Bahan bakar dari kontainer tersebut turut menyumbangkan polusi udara. Selain itu, industri batubara juga bergerak dan arah angin berganti. Hal ini menyebabkan terjadinya perputaran polusi.

"PLTU juga turut berkontribusi. Prof Puji dari ITB mengatakan PLTU berkontribusi 8,1% terhadap potensi polutan polusi udara di Jakarta dan kota tetangganya,” ujar Bondan.

Kondisi ini perlu diketahui oleh masyarakat. Sebab, pencemaran udara turut memengaruhi risiko penularan Covid-19. Apabila seseorang menghirup udara yang tercemar secara terus menerus, maka hal itu bisa menyebabkan gangguan pernapasan yang menjadi penyakit komorbid. Seperti yang diketahui, orang-orang yang memiliki penyakit komorbid lebih rentan terinfeksi virus corona.

“Masyarakat berhak tahu polusi udara yang mereka hirup ini bersumber dari mana saja karena berpotensi membahayakan kesehatan, apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini,” pungkas Bondas.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X