Naikkan Tarif Penerbangan Terlalu Tinggi, Pengamat: Maskapai Terlalu Lebay! 

- Kamis, 18 Juni 2020 | 13:19 WIB
Ilustrasi maskapai penerbangan. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal).
Ilustrasi maskapai penerbangan. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal).

Maskapai penerbangan nasional diminta untuk tidak berlebihan dalam mengambil keputusan untuk menaikkan harga tiket penerbangan di masa new normal. Maskapai harus mempertimbangkan juga kemampuan beli masyarakat, di tengah situasi pandemi yang belum berakhir ini. 

Sebagaimana diketahui, pemerintah sudah memberikan lampu hijau kepada maskapai nasional untuk menaikkan harga tiket penerbangan mereka, ke Tarif Batas Atas (TBA) yang sudah ditentukan Kemenhub. Kenaikan tarif itu dimaksudkan untuk kompensasi terhadap berkurangnya load faktor atau kapasitas angkut penumpang yang saat ini ditentukan maksimal 70 persen dari kapasitas angkut pesawat. 

"Kalau jual tiket sampai batas atas, saya sih ok. Tapi kalau minta dinaikin TBA nya, saya pikir maskapai terlalu lebay," demikian ujar Pengamat Aviasi, Gatot Raharjo kepada Indozone, saat dihubungi pada Kamis (18/6/2020). 

Menurut Gatot, dengan load factor 70 persen dari kapasitas angkut pesawat, jika harga jual di Y class (atau TBA), maka maskapai sudah bisa survive. Tak hanya mengandalkan komponen harga tiket saja, maskapai disebut olehnya juga harus bisa melakukan efisiensi operasional. 

-
Ilustrasi pesawat. (ANTARA/Yulius Satria Wijaya)

 

"Misalnya mengurangi frekuensi atau rute  yang tidak menguntungkan, sehingga mengurangi biaya operasional," ujar Gatot menambahkan.

Hal terpenting yang harus dilakukan maskapai saat ini, kata Gatot, adalah memperjuangkan agar kapasitas maksimal 70% itu bisa terisi semua. 

"Mungkin dengan penyederhanaan prosedur keberangkatan. Misalnya, kalau dari pusat cukup dengan rapid test dari dan untuk ke daerah yang non zona merah, maka daerah harusnya mengikuti. Jangan sampai kalau sudah zona hijau atau kuning tapi masih harus swab atau PCR karena lebih mahal," tuturnya. 

"Atau mungkin maskapai dan Pemerintah bisa kerjasama untuk mengadakan rapid tes atau swab/ PCR (untuk di zona merah) sehingga prosesnya lebih mudah dan lebih murah," sambungnya. 

Ia berharap, jika maskapai benar-benar melakukan hal tersebut diatas, maka masyarakat yang akan menggunakan pesawat tidak akan merasa berat atau terbebani, sehingga tingkat okupansi yang diharapkan bisa tercapai. 

"Jadi masyarakat juga tidak berat dan nantinya  mau naik pesawat sehingga load factor 70 persen terisi penuh," pungkasnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X