Pembunuhan keji terhadap Romina Ashrafi, gadis 14 tahun di Iran oleh ayahnya sendiri karena tak merestui hubungannya dengan sang pacar yang berusia 20 tahun lebih tua, memicu gelombang kemarahan di Iran.
Yang membuat publik geram, pembunuhan terhadap anak perempuan seperti yang dialami oleh Romina merupakan hal yang lazim di Iran. Pembunuhan semacam itu bahkan dianggap sebagai kehormatan.
Pelaku bahkan berpeluang dibebaskan dari hukuman mati karena ia adalah ayah kandung Romina dan tidak ada keluarga yang menuntut perbuatannya, sesuai dengan hukum yang berlaku di Iran. Tak cuma itu, ia juga diperkirakan tidak akan mendapat hukuman berat.
Kasus pembunuhan Romina perkali kali di-blow-up oleh jurnalis cum aktivis feminisme Iran, Masih Alinejad di Twitter. Alinejad mengunggah beberapa tweet tentang pembunuhan Romina, mulai dari motif pelaku hingga cerita di balik pembunuhan tersebut.
Pada tweet pertama, Alinejad menegaskan bahwa pembunuhan Romina adalah bukti teranyar betapa misoginisnya hukum yang berlaku di Iran. Sebelum dihabisi nyawanya oleh sang ayah, gadis cantik itu sempat kabur bersama pacarnya yang berusia 35 tahun dan berencana kawin lari.
"Seorang pria berumur 35 tahun memperdayanya hingga mau kawin lari dengannya. Lalu, dia ditahan. Hakim memutuskan untuk mengembalikannya ke ayahnya. Ayahnya kemudian memenggal kepalanya saat dia tidur. Tidak ada seorang pun yang menolongnya," tulis Alinejad.
This 13-year old Iranian girl, Rumina, is a victim of anti-women laws in Iran.
— Masih Alinejad ????? (@AlinejadMasih) May 26, 2020
A 35-year old man tricked her into eloping with him.
Then, she was arrested. The judge decided to hand her over to her dad.
Her dad cut her head off in her sleep.
There was no-one to save her pic.twitter.com/US1E6ep5cq
Pada tweet kedua, Alinejad memberitahu bahwa Romina telah memohon kepada hakim supaya dia tidak dipulangkan kepada ayahnya karena nyawanya terancam. Dia bahkan sampai menangis memohon, tapi penegak hukum di negara basis Syiah itu tetap tidak menggubris.
This 13-year old Iranian girl, Rumina, is a victim of anti-women laws in Iran.
— Masih Alinejad ????? (@AlinejadMasih) May 26, 2020
A 35-year old man tricked her into eloping with him.
Then, she was arrested. The judge decided to hand her over to her dad.
Her dad cut her head off in her sleep.
There was no-one to save her pic.twitter.com/US1E6ep5cq
Pada tweet ketiga, Alinejad menulis bahwa kasus ini bukan yang pertama kalinya terjadi di Iran. Beberapa tahun lalu, Atefeh Navidi, seorang gadis muda di Iran, juga dipenggal kepalanya oleh ayahnya sendiri karena punya pacar.
"Seperti wawancara saya dengan ibunya, dia ragu untuk membela putrinya," tulis Alinejad.
Alinejad juga menyatakan pada tweet keempat, bahwa selagi hukum yang berlaku masih diskriminatif terhadap kaum perempuan dan menguatkan posisi orang tua laki-laki, kemungkinan pembunuhan serupa tidak akan tertutup.
"Kekerasan ini harus diakhiri. Romina secara brutal dibunuh oleh ayahnya setelah dia mencoba kawin lari dengan pria 35 tahun. Kau tahu siapa pembunuh sebenarnya di sini? Ya, tak lain adalah Republik Islam Iran dan politik gendernya yang melanggengkan pembunuhan perempuan Iran. Pihak berwenang bahkan memotret jilbabnya setelah kematiannya," tulis Alinejad pada tweet kelima.
Dilansir Aljazeera, pembunuhan keji itu terjadi di Kota Talesh, sekitar 320 kilometer dari sebelah barat laut ibu kota Tehran. Ayah Romina, Reza Ashraf memenggal kepala putrinya menggunakan arit yang biasa dipakai untuk bertani.