Pengelola Desa Wisata Diminta Cari Alternatif Pengganti Susur Sungai

- Sabtu, 29 Februari 2020 | 11:02 WIB
Potret kegiatan susur sungai (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Potret kegiatan susur sungai (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Beberapa minggu ini, insiden kecelakaan susur sungai di Sungai Sempor yang diikuti oleh para siswa SMPN 1 Turi, Sleman masih jadi topik utama di berbagai media. Insiden yang merenggut nyawa sejumlah siswa ini membuat Bupati Sleman mengeluarkan instruksi untuk menghentikan sementara kegiatan susur sungai di musim penghujan.

Sementara itu, Forum Komunikasi (Forkom) Desa Wisata (Deswita ) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta semua pengelola desa wisata untuk mencari alternatif lain selain kegiatan susur sungai sementara waktu.

"Sebenarnya kegiatan di desa wisata bukan hanya susur sungai, masih banyak alternatif lain yang tidak kalah serunya," kata Ketua Forkom Desa Wisata Kabupaten Sleman, Doto Yogantoro di Sleman, Sabtu (29/2/2020).

Diakui Doto, instruksi dari bupati tersebut berdampak secara signifikan terhadap sejumlah desa wisata, seperti pembatalan kegiatan dari sekolah-sekolah.

-
Para petugas mencari siswa korban hanyut dalam kegiatan susur sungai (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

"Banyak sekolah di Sleman yang membatalkan kegiatan outbound di desa wisata. Namun kami juga dapat memahami karena masih dalam masa berkabung pasca-insiden kecelakaan sungai SMPN 1 Turi. Saat ini kan sedang dievaluasi," sambungnya.

Doto menambahkan, ada sekitar 10 desa wisata di lereng Gunung Merapi yang terimbas antara lain Desa Wisata Pentingsari, Garongan, Pulesari, dan Pancoh. Ia juga mengungkapkan, desa wisata di Kecamatan Turi menjadi yang paling parah terdampak.

-
Desa wisata Pentingsari (instagram/@nurcahyaswastika)

"Rata-rata ada 3 hingga 5 grup yang membatalkan booking. Pendapatan yang hilang berkisar Rp5 juta hingga Rp10 juta dari masing-masing grup," katanya.

Doto menuturkan bahwa ia belum tau kapan instruksi penangguhan kegiatan susur sungai itu akan berakhir. Namun, ia ingin agar instruksi tersebut tidak berlangsung lama.

"Karena sejumlah desa wisata tidak hanya mengandalkan kegiatan susur sungai saja, melainkan banyak hiburan lainnya. Harapannya kondisi ini tidak berlangsung lama. Karena ada banyak alternatif kegiatan di desa wisata, tidak hanya susur sungai, bisa juga dialihkan ke aktivitas di ruang tertutup," lanjutnya.

Doto menjelaskan, untuk untuk memberi jaminan kepada wisatawan, tiap pengelola desa wisata sudah memiliki standar operasional prosedur (SOP) masing-masing. Di dalamnya termasuk peralatan keselamatan, dan pemandu yang memiliki keahlian di bidangnya.

"Kami selalu ada persiapan apa-apa saja yang dibutuhkan. Termasuk pengelola selalu memonitor kondisi cuaca melalui informasi BMKG," sambung Doto.

Ia juga meminta kepada seluruh masyarakat atau instansi yang akan melakukan kegiatan susur sungai agar selalu berkoordinasi dengan pemangku wilayah setempat. Apalagi jika membawa rombongan dalam jumlah besar, yang harusnya dipikirkan kemungkinan risiko di lapangan.

-
Kegiatan susur sungai (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

"Dengan adanya koordinasi bisa disiapkan langkah antisipasinya, baik lokasi sungai itu biasa digunakan untuk outbond oleh pengelola desa wisata atau tidak," tegas Doto.

Sementara itu, pengelola Desa Wisata Lembah Sempor, Dukuh, Wonokerto Turi Dudung Laksono mengatakan sedikitnya ada lima jadwal yang terpaksa dibatalkan menyusul adanya instruksi Bupati Sleman tersebut.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X