Kisah Pilu Pengungsi Rohingya Yang Pilih Mati Daripada Hidup Tanpa Hak

- Senin, 26 Agustus 2019 | 16:38 WIB
REUTERS/Rafiqur Rahman
REUTERS/Rafiqur Rahman

Pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp sementara di Kabupaten Cox's Bazar, Bangladesh yang hidup dengan segala kecukupan seadanya mengatakan mereka bertekad tidak akan pulang ke Myanmar jika tak mendapatkan keadilan dan hak penuh.

Dalam sebuah pesan video, mereka takkan menerima pemulangan paksa ke Negara Bagian Rakhine di Myanmar, dan mereka memilih mati di Bangladesh jika tuntutan-tuntutan sah mereka tak dipenuhi.

Seorang pengungsi bernama Hasina Begum mengatakan bahwa alasan mereka melakukan ini karena militer Burma telah melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap saudara-saudara mereka.

-
REUTERS/Rafiqur Rahman

 

"Mereka (militer Burma) telah membunuh rakyat kami dan memperkosa saudari, anak perempuan dan ibu kami. Jika kami pulang, mereka akan melakukan perbuatan yang sama lagi. Kami takkan pergi ke sana," ungkapnya.

Begum sendiri telah menyelamatkan diri dari Kota Praja Maungdaw di Negara Bagian Rakhine usai penindasan brutal militer yang terjadi pada 25 Agustus 2017, dan berlindung di satu kamp di Bangladesh. Sejak peristiwa penindasan brutal itulah, lebih dari 750.000 orang Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh sebab mereka menghadapi "pembersihan etnik", "pemusnahan suku", dan "pembunuhan massal" di negara tersebut.

-
REUTERS/Rafiqur Rahman

 

Kolsoma Begum, seorang perempuan Rohingya berusia 22 tahun menceritakan bahwa mereka hanya menginginkan sebuah keadilan untuk mereka para pembunuh yang telah membunuh saudara mereka.

"Kami cuma ingin keadilan buat pembunuh saudari dan ibu kami. Jika kami dipaksa pulang sekarang, kami akan memilih bunuh diri dengan menggunakan racun," ungkapnya.

-
REUTERS/Rafiqur Rahman

 

Rashida Khatun juga mengungkapkan kekejaman tentara Myanmar yang telah membakar hidup-hidup anak kecil mereka, menghancurkan rumah warga dan harta mereka menggunakan api.

Pengungsi lain sambil menangis mengatakan ingin meminta pertanggung jawaban militer dan pemerintah Myamar atas kejahatan yang terjadi.

-
REUTERS/Rafiqur Rahman

Seorang pengungsi bernama Mohammad Alam yang melarikan diri dari Daerah Shilkhali di Kota Praja Maungdaw mengungkapkan ada lima tuntutan khusus sebagai prasyarat buat pemulangan para pengungsi. Tuntutan pengungsi Rohingnya meliputi:

  • Hak kewarganegaraan penuh
  • Pemukiman kembali di tempat yang sama dengan yang mereka tinggalkan setelah penindasan Agustus 2017
  • Keadilan buat korban perkosaan, perkosaan berkelompok, pembunuhan, pembakaran dan penindasan lain serta pengrusakan harta
  • Pembebasan "tanpa syarat" orang Rohingya Muslim yang masih dipenjarakan "secara tidak adil" di kamp pengungsi di dalam negeri (IDP) dan penjara di Myanmar serta
  • Panggilan akhir pasukan keamanan di bawah PBB guna menghindari terulangnya penindasan oleh militer Myanmar

Para pengungsi ini menuturkan bahwa mereka tak ingin berlama-lama ada di negara orang, namun mereka memerlukan keadilan, keselamatan dan hak asasi di negara mereka.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X