DPR Minta Pemerintah Segera Buat Langkah Nyata Atasi Limbah Farmasi

- Jumat, 8 Oktober 2021 | 17:50 WIB
Warga mengendarai motor melintasi genangan air laut di kawasan Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)
Warga mengendarai motor melintasi genangan air laut di kawasan Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.)

Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan meminta pemerintah segera membuat langkah konkret untuk mengatasi temuan pencemaran lingkungan dari limbah farmasi di Teluk Jakarta. Pasalnya temuan kandungan paracetamol di laut itu dikhawatirkan akan memiliki dampak berkepanjangan.

“Pemerintah harus segera membuat langkah nyata, solusi sebaik-baiknya terhadap temuan kandungan paracetamol di laut Jakarta. Jangan sampai pencemaran lingkungan ini berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat,” ungkap Daniel, Jumat (8/10/2021).

Daniel mengatakan diperlukan kolaborasi lintas instansi agar masalah ini secepat mungkin dapat diatasi. Sebab konsentrasi paracetamol yang tinggi meningkatkan kekhawatiran paparan jangka panjang, terlebih studi lain menemukan juga adanya cemaran logam di Teluk Jakarta.

Baca Juga: Kadar Paracetamol di Teluk Jakarta Tinggi Jadi Bukti Buruknya Pengelolaan Limbah Farmasi

“Kita tidak ingin pencemaran lingkungan ini mendatangkan masalah terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Ini mengingat banyak warga di sekitar yang mencari nafkah dengan memanfaatkan laut Teluk Jakarta,” ujar Daniel.

“Solusi yang hadir juga harus mengedepankan penyelamatan terhadap biota laut. Kami mendorong secepatnya Teluk Jakarta dibersihkan dari cemaran paracetamol,” sambungnya.

Hingga saat ini masih belum diketahui sumber dari pencemaran lingkungan di Teluk Jakarta. Namun untuk tahap awal, dugaan sementara kandungan paracetamol itu bersumber dari ekresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, limbah dari rumah sakit, dan industri farmasi.

“Identifikasi sumber pencemaran mutlak harus dilakukan agar penanggulangan bisa lebih efektif dan efisien,” tegas Daniel.

Peneliti juga mengungkap kemungkinan sumber pencemaran bukan hanya dari warga Jakarta, tapi juga dari kawasan sekitar seperti Bogor, Bekasi dan Depok. Bahkan 60-80% pencemaran diprediksi datangnya dari daratan (land based) seperti pembuangan sampah obat paracetamol kedaluwarsa.

Meski begitu tidak menutup kemungkinan pencemaran diakibatkan oleh kebocoran industri farmasi. Daniel mengatakan, cemaran paracetamol juga bisa akibat manajemen penanganan limbah yang kurang baik sehingga membuat kotoran tidak terurai dengan baik.

“Persoalan ini memang menjadi tantangan besar untuk kita semua. Maka diperlukan edukasi kepada masyarakat dan pelaku industri kesehatan tentang optimalisasi pengolahan limbah industri farmasi serta pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya air,” harap Daniel.

Daniel pun berharap pemerintah bersama stakeholder terkait menyelidiki kemungkinan ada oknum-oknum pengumpul bahan berbahaya dan beracun (B3). Ia mengingatkan pengelolaan limbah B3 sudah memiliki aturan tersendiri dan adanya ancaman pidana jika ditemukan keteledoran.

“Perlu law enforcement terhadap pelanggar limbah farmasi baik rumah tangga, apartemen, pelaku wellness industry dan hospitality industry,” ujar Daniel.

Di sisi lain, ia menilai Indonesia masih memiliki PR mengenai limbah farmasi yang kurang mendapatkan perhatian dan penanganan khusus, baik dari rumah sakit, ataupun industri farmasi. Daniel mengatakan, limbah B3 seperti obat yang kedaluwarsa butuh suatu pengelolaan khusus karena limbah B3 secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Polres Langkat Musnahkan Barbuk Ganja dan Sabu

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB
X