Biaya Tes PCR Lebih Mahal dari Tiket Pesawat, Manajemen Garuda Putar Otak

- Kamis, 4 Juni 2020 | 19:07 WIB
Pesawat Garuda Indonesia. (Instagram/@garuda.indonesia)
Pesawat Garuda Indonesia. (Instagram/@garuda.indonesia)

Biaya penyelenggaraan tes Polymerase Chain Reaction (PCR), yang merupakan syarat wajib bagi calon penumpang pesawat untuk membuktikan bahwa mereka bebas dari infeksi Covid-19 dikeluhkan terlalu mahal. Bahkan, biaya tes PCR tersebut lebih mahal dari harga tiket pesawat Jakarta-Surabaya. 

Sebagai perbandingan, untuk harga tiket pesawat rute dekat seperti Jakarta-Surabaya yang harganya sekitar Rp1,5 juta, biaya sekali tes PCR mencapai Rp2,5 juta. Hal ini membuat pihak maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, harus mereview kembali harga tiket mereka. 

Menyikapi hal itu, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya akan terus mencari suplayer alat tes PCR yang lebih murah namun tetap berstandar baik, agar para penumpang pesawat tidak merasa terbebani dengan kewajiban tes PCR tersebut. 

"Kita terus cari yang bisa supply dengan harga relatif murah. Mudah-mudahan juga ada cara yang bisa diterima semua pihak, namun acceptable harganya," ujar Irfan kepada Indozone, saat dihubungi pada Kamis (4/6/2020). 

Sebelumnya, dalam webinar yang bertajuk 'Kolaborasi Merespon Dampak Pandemi COVID-19 dan Strategi Recovery pada Tatanan Kehidupan Normal Baru di Sektor Transportasi' pada Selasa (3/6/2020) kemarin Irfan sempat mengeluhkan biaya tes PCR yang nilainya mencapai Rp2,5 juta sekali tes. 

-
Ilustrasi tes PCR. (INDOZONE/Febio Hernanto)

“PCR test yang 2,5 juta dan beberapa sudah menurunkan harganya, itu lebih mahal daripada biaya bepergian khususnya lokasi yang berdekatan, seperti Jakarta-Surabaya. Jadi, apalagi kalau bepergian tujuh hari yang berarti harus PCR dua kali dan biaya harus Rp5 juta, sementara perjalanan bolak balik hanya Rp1,5 juta," ujar Irfan. 

Terlebih, kata dia, surat keterangan corona yang dibuktikan lewat tes PCR menjadi syarat wajib bagi calon penumpang untuk bisa melakukan penerbangan. Oleh sebab itulah kata Irfan, pihaknya harus mengkaji ulang lagi harga tiket pesawat agar masyarakat masih mau membeli dan tidak terbebani dengan mahalnya biaya tes PCR.

Selain itu katanya, pihaknya wajib menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak antara penumpang dalam susunan tempat duduk di pesawat di mana mengurangi tingkat keterisian yang otomatis menurunkan pendapatan.

Ia menambahkan, proses pra-penerbangan juga menjadi semakin rumit dengan adanya pemeriksaan dokumen dan kesehatan.

“Artinya, ke depan industri ini akan menghadapi penurunan drastis penumpang. Adalah kepentingan bersama, bersama regulator untuk memastikan ini butuh waktu. Kami mendapatkan konsesus, industri ini bisa recovery sebelum COVID-19 dalam masa dua sampai tiga tahun,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam kesempatan terpisah juga telah meminta standarisasi biaya tes risiko infeksi virus corona menggunakan metode PCR.

"Standarisasi harga bagi mereka yang akan bepergian dan wajib tes PCR. Presiden menugaskan menteri kesehatan untuk menentukan standardisasi harga," kata Doni dalam jumpa pers usai rapat terbatas, Kamis (4/6/2020). 

Doni mengatakan, hal itu disampaikan Presiden Jokowi setelah menerima laporan bahwa biaya tes PCR dinilai memberatkan masyarakat yang mengajukan izin untuk bepergian.

"Presiden meminta harga tidak memberatkan para petugas atau masyarakat yang akan bepergian," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X