Sosok Wakil Danramil yang Diduga Bunuh Pendeta, Sering Numpang Makan di Rumah Sang Pendeta

- Selasa, 3 November 2020 | 17:48 WIB
Pendeta Yeremia Zanamban (kiri) dan anggota TNI yang diduga menembaknya (kanan). (Istimewa)
Pendeta Yeremia Zanamban (kiri) dan anggota TNI yang diduga menembaknya (kanan). (Istimewa)

Tim Kemanusiaan Provinsi Papua untuk Intan Jaya membeberkan fakta terkait kasus kematian Pendeta Yeremia Zanambani, yang tewas ditembak dan ditikam di kandang babi di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada 19 September 2020 lalu.

Menurut Ketua Tim Kemanusiaan Provinsi Papua untuk Intan Jaya, Haris Azhar, pelakunya diduga kuat adalah Serka AHM, Wakil Danramil Hitadipa.

"Informasi yang mengerucutnya itu Alpius, anggota TNI yang ada di Koramil persiapan Hitadipa. Dan Alpius ini ditemani oleh satu orang yang kami tidak dapat namanya. Dua orang ini naik ke kandang babi, lokasi pendeta Yeremia berada. Ada pembagian tugas," jelas Haris, dalam konferensi pers seperti ditayangkan kanal YouTube Suara Papua TV.

Mirisnya,Serka AHM diketahui sering numpang makan di rumah sang pendeta Yeremia. Dia juga menumpang berladang di lahan milik Pendeta Yeremia.

Sebelum ditembak tangan kirinya, pendeta Yeremia sudah mengangkat tangan, sebagai tanda bahwa dia tidak akan melawan dan dia juga menyebut dirinya hamba Tuhan. 

Namun, ucapan pendeta Yeremia tidak digubris oleh Serka AHM dan rekannya, dan dia tetap ditembak. Setelah tersungkur, dia kemudian ditikam dengan pisau pada bagian badan dan leher belakangnya.

Malam harinya, karena cemas, istri Pendeta Yeremia, Meriam Zoani atau akrab disapa Mama, menjemput Pendeta Yeremia ke kandang babi. Di sana, betapa terkejut dia melihat sang pendeta bersimbah darah.

Dalam kondisi sekarat menjelang ajal, sang pendeta sempat membisikkan ke telinga Mama, bahwa yang membunuhnya tak lain adalah Serka AHM, seorang tentara yang sering menumpang makan dan menumpang berkebun di ladang mereka.

Penembakan terhadap pendeta Yeremia terjadi menyusul baku tembak antara KKB dengan anggota TNI yang menewaskan satu anggota TNI, di mana saat itu senjata milik TNI dibawa oleh KKB pada 17 September lalu.

Dari situ, TNI mengumpulkan warga Hitadipa, meminta agar senjata yang dibawa kabur KKB dikembalikan. Tak cuma sekali, pengumpulan warga itu dilakukan sedikitnya dua kali dalam rentang empat hari di lokasi yang berbeda, lantaran tidak ada satupun warga yang berhasil mengembalikan senjata tersebut.

Menurut Ketua Tim Kemanusiaan Provinsi Papua untuk Intan Jaya, Haris Azhar,  saat mengumpulkan warga, terdapat ancaman, di mana jika senjata itu tidak kembali, Distrik Hitadipa akan dibom.

Pada 19 September 2020, di lapangan depan kantor Koramil, warga kembali dikumpulkan. Sementara itu, Wakil Danramil, Serka AHM, ditugaskan untuk menjemput Melianus Wandagau, Kepala Suku Moni di Sugapa Lama, dan mengumpulkan warga di depan Gereja Imanuel 1.

Saat mengumpulkan warga di depan gereja itu, Serka AHM disebut-sebut mulai menebar ancaman 

"Ada rasa takut yang menyebar di masyarakat. Karena mereka menganggap pendeta saja dibunuh, apalagi kami (warga biasa)," kata Haris dalam konferensi pers, seperti ditayangkan kanal YouTube Suara Papua TV.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X