Waspada, Perilaku Masyarakat Bisa Jadi Pemicu Virus Corona Jilid 2

- Jumat, 15 Mei 2020 | 13:43 WIB
Karyawan memakai masker saat beraktivitas di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin (2/3/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Karyawan memakai masker saat beraktivitas di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin (2/3/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Puncak pandemi Covid-19 di Indonesia belum diketahui secara pasti. Sejumlah prediksi terkait penyebaran virus corona baru memberikan keterangan waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan puncak pandemi terjadi di akhir Mei, ada pula yang mengatakan di awal Juni.

Tak hanya soal prediksi puncak pandemi Covid-19, hal lain yang menjadi bahasan adalah kemungkinan terjadinya gelombang kedua. Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio, gelombang kedua bisa saja terjadi. Hal ini tergantung dari pola perilaku di masyarakat.

Prof Amin mengambil contoh penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Selama PSBB banyak aktivitas yang dibatasi termasuk perkantoran. Sebagian besar kantor menerapkan aturan kerja dari rumah alias work from home (WFH) bagi para karyawannya. Tapi hal yang tidak boleh dilupakan yaitu banyak para pekerja di Ibukota yang berdomisili di luar Jakarta.

-
Petugas Dinas Kesehatan Bekasi Kota mendata warga yang akan melakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) di Check Point Sumber Artha, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/5/2020). (INDOZONE/Febio Hernanto)

"Sebagian besar dari pekerja tinggal di sekeliling Jakarta. Ketika nanti PSBB direlaksasi misalnya, mereka (pekerja) akan kembali ke jakarta. Kalau masih membawa virus sama saja, itu berpotensi menjadi gelombang kedua," ujar Prof Amin kepada Indozone saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (15/5/2020).

Oleh karenanya, untuk mencegah hal itu tetap harus diberlakukan aturan-aturan yang selama ini telah diterapkan. Sebut saja menjaga jarak, menggunakan masker kain, rajin mencuci tangan, serta menahan diri untuk tidak bepergian selain untuk kebutuhan mendesak. Semua itu dilakukan guna memastikan diri mereka tidak tertular virus corona. Dengan begitu tidak menularkan ke orang lain.

-
Sebuah toko pulsa menggunakan pelindung sekat plastik di depan etalase di Depok, Jawa Barat, Kamis (30/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Lebih lanjut Prof Amin menjelaskan, bila memang nantinya terjadi gelombang kedua, maka secara teoritis kondisinya bisa sama dengan gelombang pertama tapi angka kasusnya tidak setinggi sebelumnya. Hal ini dikarenakan gelombang kedua hanya terjadi di daerah-daerah tertentu saja dan tidak secara nasional.

"Jadi hanya beberapa daerah saja munculnya (gelombang kedua), di tempat tertentu. Secara nasional gelombangnya tidak setinggi gelombang pertama," ucap Prof Amin.

Namun yang perlu menjadi perhatian, tingkat keparahan kasus di daerah yang terjadi gelombang kedua bisa saja lebih besar. Untuk itu perlu melihat kondisi setempat. Namun untuk penanganan tidak jauh berbeda dengan gelombang pertama.

"Saat ini belum ada perbedaan yang signifikan pada virus (corona baru). Sistem penanganan pada prinsipnya masih sama dengan gelombang pertama," pungkas Prof Amin.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X