Buntut Islamofobia Presiden Emmanuel Macron, Paul Pogba Mundur dari Timnas Prancis

- Senin, 26 Oktober 2020 | 16:34 WIB
Paul Pogba dikabarkan mundur dari timnas Prancis usai pernyataan kontroversial Presiden Emmanuel Macron. (Instagram)
Paul Pogba dikabarkan mundur dari timnas Prancis usai pernyataan kontroversial Presiden Emmanuel Macron. (Instagram)

Gelandang Manchester United Paul Pogba dikabarkan mundur dari Timnas Prancis, menyusul pernyataan kontroversial Presiden Emmanuel Macron.

Macron menyampaikan pernyataan kontroversial setelah pembunuhan terhadap seorang guru sejarah bernama Samuel Paty, yang memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad SAW di dalam kelas. Guru tersebut tewas dipenggal oleh pelaku.

Pascakejadian itu, Macron mengkritik kelompok Islam dan membela penerbit kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Macron juga mengatakan bahwa "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis".

Tak ayal, pernyataannya itu menuai kecaman dari sejumlah pemimpin negara di dunia dan sebagian rakyatnya sendiri. Dan Pogba, salah satu pemain andalan timnas Prancis, adalah salah satunya.

Menurut Republica, Pogba memilih mundur dari timnas Prancis usai Macron mengeluarkan pernyataan yang menurutnya menyudutkan Islam. 

Namun, hingga artikel ini ditulis, Pogba sendiri belum mengonfirmasi perihal keputusannya itu. Begitu pula dengan Federasi Sepak Bola Prancis.

MUI Sebut Macron Suburkan Islamofobia

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Muhyiddin Junaidi menuding Presiden Prancis Emmanuel Macron menyuburkan Islamophobia karena secara tidak langsung mendukung penistaan terhadap Nabi Muhammad SAW melalui karikatur.

"MUI menilai bahwa Macron secara tak langsung telah mendukung gerakan Islamphobia," kata Muhyiddin kepada wartawan di Jakarta, seperti dilansir Antara.

Kasus terkait penistaan Nabi Muhammad juga dilakukan media setempat oleh Charlie Hebdo yang beberapa kali menerbitkan konten bernada satir terhadap nabi umat Islam tersebut.

Presiden Macron sendiri kebanjiran kritik dari umat Islam dunia karena meminta Muslim agar belajar toleransi saat berada di Prancis. Orang nomor satu di Prancis itu juga mengecam pelaku pembunuhan atas wartawan Charlie Hebdo yang arahnya mendukung gerakan Islamphobia.

Muhyiddin mengatakan Prancis sendiri dalam sejarah tercatat sebagai salah satu kolonialis dunia yang sangat rasialis dan kejam atas warga jajahan mereka di dunia, terutama di Benua Afrika.

"Tak aneh jika reaksi atas sikap Macron dari dunia Islam cukup keras di mana beliau diminta untuk menarik pernyataannya. Beberapa negara di Timur Tengah sudah mengancam akan melakukan embargo terhadap produk Prancis," kata dia.

Waketum MUI mengatakan Macron harus belajar banyak tentang toleransi beragama, terutama Islam. Kebebasan tanpa batas dan melawan norma justru akan mengakibatkan kegaduhan dan kekacauan.

"Delapan juta Muslim Prancis punya andil besar dalam membangun negara tersebut. Para pemain sepak bola Muslim Prancis juga telah berkontribusi besar kepada bangsa dan negara Prancis," kata dia.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X