Angkutan udara perintis dan angkutan kargo perintis yang menghubungkan beberapa daerah dengan beberapa daerah atau distrik di kawasan Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T), di Indonesia, telah berdampak pada lancarnya penyaluran logistik.
Sejak ada program ini, harga-harga barang bisa ditekan sampai 40 persen, bahkan 50 persen untuk jenis-jenis barang tertentu, salah satu daerah Boven Digoel yang penyalurannya melalui Bandar Udara Tanah Merah.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti menegaskan, program penerbangan perintis kargo adalah sebagai perwujudan dari kehadiran negara untuk menjawab persoalan di daerah yang sulit dijangkau oleh moda transportasi darat.
"Untuk itu mari kita saling berkoordinasi, sehingga kegiatan angkutan udara perintis kargo ini dapat tepat sasaran dan dirasakan manfaatnya oleh saudara-saudara kita di Papua," ujarnya.
Bandar Udara Tanah Merah, penghubung penerbangan kargo perintis wilayah kawasan Boven Digoel, dengan kabupaten lain seperti Pegunungan Bintang, Kabupaten Mappi dan juga 15 distrik lainnya di Kabupaten Boven Digoel.
Dalam penerbangan perintis ini, penumpang umumnya dilayani dengan pesawat jenis Caravan dan Pilatus, disesuaikan dengan medan pegunungan Papua yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat-pesawat kecil.
“Program kargo perintis ini sudah berjalan sejak tahun 2017 sesuai perintah Presiden. Dampaknya sangat besar untuk menurunkan harga-harga barang bagi warga terpencil yang tinggal di gunung-gunung," katannya.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Tanah Merah Asep Soekarjo mengatakan, Bandara Tanah Merah melayani 60 kali pergerakan pesawat setiap hari, mayoritas merupakan penerbangan kargo perintis ke pedalaman.
Untuk rute ke Kabupaten Pegunungan Bintang, setiap hari Bandara Tanah Merah melayani pengiriman barang kebutuhan pokok sebanyak 60 ton.
"Dengan jumlah sebesar itu warga disekitar masih mengharapkan dapat ditingkatkan lagi mengingat area pegunungan Bintang hanya dapat diakses melalui udara," katanya.