Maskapai Air New Zealand meminta maaf maaf kepada seorang penumpang wanita yang bernama Courtney Newbold. Courtney yang hendak berlibur, ditegur oleh pramugari Air New Zealand karena merasa pakaian yang dikenakannya tidak pantas.
Courtney saat itu memakai crop top dua lapis dan legging berpinggang tinggi. Melihat itu, pramugari memintanya menutupi perutnya yang terbuka.
Courtney kemudian membuat status di Facebook mengungkapkan kemarahannya kepada maskapai Air New Zealand. Dia heran kenapa selama 2 jam menunggu pesawat tidak ada yang menegur soal pakaiannya.
Dia malah ditegur saat hendak masuk pesawat. Awalnya, dia mengira disuruh menutup tubuhnya karena suhu pesawat yang dingin.
"Kemudian pramugari berkata 'Anda menunjukkan terlalu banyak kulit'," kata Newbold dilansir NZ Herald, Senin (2/8/2021).
Karena pakaiannya sudah dimasukkan ke dalam bagasi, untung ada temannya yang memiliki kaus cadangan dan memberikannya kepada Courtney.
"Itu adalah penerbangan terakhir hari itu, jika mereka tidak membiarkan saya terbang, saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan." ujarnya.
Courtney juga heran kenapa penumpang lain dengan baju terbuka, tidak ditegur. Terutama penumpang pria yang hanya memakai celana pendek dan kaus oblong. Courtney tidak terima kenapa hanya dia yang ditegur.
“Tidak ada penumpang lain yang ditegur,” katanya.
Courtney juga tidak terima kalau dia disuruh menutupi tato kelinci karena menurutnya itu bukanlah desain yang aneh atau menyinggung.
Maskapai Air New Zealand sendiri tidak punya aturan resmi soal syarat busana penumpang, kecuali "bersih dan rapi". Penumpang juga diminta tidak memakai alas kaki terbuka.
Sementara itu, Courtney memakai sepatu tertutup sehingga heran kenapa dia ditegur oleh pramugari, bahkan sampai terancam batal terbang.
Setelah viral, maskapai langsung menelpon Courtney untuk meminta maaf. General Manager Customer, Leeanne Langridge mengatakan ini adalah salah paham.
"Dalam hal ini, telah terjadi kesalahpahaman. Tapi kami akan mengambil situasi ini sebagai pembelajaran dan akan terlibat kembali dengan tim kami yang menghadapi pelanggan untuk memastikan bahwa ini tidak terjadi lagi." ujar Leanne.
