Pengacara Terduga Pelaku Sebut Pelecehan di KPI Hanya Bercanda, Korban Terlalu Baper

- Rabu, 8 September 2021 | 09:29 WIB
Kuasa Hukum terlapor kasus perundungan dan pelecehan seksual di KPI berinisial RT dan EO, Tegar Putuhena (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)
Kuasa Hukum terlapor kasus perundungan dan pelecehan seksual di KPI berinisial RT dan EO, Tegar Putuhena (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)

Pengacara terduga pelaku bullying dan pelecehan seksual di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) RT dan EO, yaitu Tegar Putuhena mengatakan tidak ada bukti kliennya melakukan pelecehan seksual.

"Sejauh ini yang kami temukan, peristiwa itu tidak ada. Peristiwa (pelecehan seksual) di tahun 2015 yang dituduhkan dan sudah viral itu tidak ada, tidak didukung oleh bukti apapun," kata Tegar.

"Bingung karena yang dituduhkan sudah coba diingat-ingat itu nggak ada peristiwa itu sampai sevulgar yang dirilis itu sampai ditelanjangi mohon maaf dicoret-coret kemaluannya," lanjutnya.

Kalaupun hal tersebut terjadi, Tegar menyebut hal itu hanya bersifat candaan. Tidak ada maksud perundungan ataupun pelecehan yang dilakukan oleh kliennya.

"Kalau pun ada, itu hanya hal yang sifatnya menurun lingkungan pergaulan mereka biasa berhari-hari, nyolek-nyolek sesama laki-laki. Kebetulan pelapor ini kan berpakaian rapi selalu bajunya dimasukin sering dicandain, ditarik tiba-tiba bajunya kayak rapih amat lu," beber Tegar.

Teguh menambahkan bahwa peristiwa yang dialami MS adalah hal biasa yang umum dialami rekan sekantor.

"Seperti senggol-senggolan, ketawa, responsnya biasa. Yang kayak gitu-gitu yang terjadi. Tapi persepsi yang ditangkap oleh pelapor berbeda," pungkas Teguh.

Sementara itu, pengacara terduga pelaku RM, Anton, justru mengatakan dugaan bullying dan pelecehan seksual yang dialami MS merupakan becandaan yang masih wajar. Justru, MS yang dinilai terlalu baper sehingga membawa masalah ini ke jalur hukum.

"Kalaupun ada masalah yang dirilis itu tentang perbudakan, kemudian ceng-cenganlah bahasa kita, itu hal yang biasa. Kalaupun yang dimaksud disuruh beli makan itu adalah mereka sering gantian, misalnya ada yang mau makan (atau) titip beli makan," ujar Anton.

"Ini masalah mungkin persepsi atau baper-lah mungkin ya. Tapi kami sayangkan. Kalau dia fair, tidak suka, di saat itu dong dia tegur," katanya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Zega

Tags

Rekomendasi

Terkini

Motor Kepeleset, Dua Jambret Ditangkap di Monas

Senin, 18 Maret 2024 | 14:10 WIB
X