Dampak Virus Corona, 80 Persen Pekerja Industri TPT Dirumahkan

- Senin, 27 April 2020 | 13:44 WIB
Ilustrasi: industri tekstil dan produk tekstil saat beroperasi. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perdagangan)
Ilustrasi: industri tekstil dan produk tekstil saat beroperasi. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perdagangan)

Pandemi virus corona ternyata tak hanya berdampak pada dunia kesehatan saja, tapi juga industri. Kebijakan lockdown yang diterapkan di berbagai wilyah, membuat inudustri tekstil kesulitan memasarkan hingga menjual produknya.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) melaporkan, kondisi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Dilaporkan API, untuk kondisi saat ini, sudah 80% pekerja sektor padat karya tersebut dirumahkan lantaran aktifitas produksi terganggu akibat terimbas pandemi virus Corona. 

"Kondisi TPT sangat tak menggembirakan. Market kita habis, baik untuk ekspor maupun lokal. Anggota kami sudah menutup industrinya. Kondisi di lapangan, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan sudah hampir 80%," ujar Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja dalam RDP dengan Komisi VI DPR, Senin (27/4/2020). 

Menurut Jemmy, kondisi buruk itu dipengaruhi oleh banyak hal. Namun yang paling parah, cashflow industri TPT memang sudah running out. 

"Pembayaran dari departemen store, diundur Mei. Apabila ini tak dibayarkan dari retailer, bagaimana bisa membayar gaji karyawan dan kebutuhan operasional. Kondisinya sangat jelek untuk TPT," ujar Jemmy. 

-
Alat pemintal industri tekstil. (FOTO ANTARA/Audy Alwi)

Jemmy pun meminta adanya insentif dari pemerintah dalam bentuk kelonggaran pembayaran listrik PLN, termasuk juga keringanan harga gas industri. 

"Ini akan membantu sekali karena tak sedikit. pajak diberikan kelonggaran. listrik, pembayarannya bisa dari tagihan 50% kita bayar, 50% kita cicil," tuturnya. 

Kemudian masalah perbankan, lanjut Jemmy, meski pemerintah dan OJK telah mengumumkan kemudahan untuk restrukturisasi pinjaman, namun fakta di lapangan kerap kali berbeda. Ini yang menurutnya harus kembali dimonitor oleh pemerintah. 

"Ada yang bilang bisa dengan mudah membayar cicilan, tapi belum bisa diberikan ke anggota kami. Karena mereka harus bayar bunga deposannya. ke depan, kami harap kami bisa memprotect produk domestik kita. cashflow sudah hampir habis. kami minta ada safe guard untuk garmen," pungkasnya


Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X