Gadis berusia 8 tahun yang bernama Saffie-Rose Roussos dikabarkan meninggal dunia setelah dirinya menjadi salah satu korban serangan bom bunuh diri Salman Abedi (22) yang terjadi pada Agustus 2020 lalu.
Dilansir dari Daily Star, Senin (18/1/2021) gadis tersebut menjadi korban termuda serangan yang terjadi di Manchester Arena yang dilaporkan seharusnya bisa selamat jika menerima pertolongan pertama yang lebih baik.
Sebanyak 22 korban tewas dalam serangan tersebut dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, adik laki-laki Abedi, Hashem, sekarang 23 tahun, dipenjara setidaknya selama 55 tahun karena membantu merencanakan kekejaman itu.
Dari laporan BBC, dikutip pada Senin (18/1/2021) dari sebuah laporan disebutkan bahwa keluarga Saffie-Rose mengungkapkan bahwa tidak ada yang menggunakan torniket atau belat sederhana untuk menekan dan mengurangi pendarahannya putrinya itu.
Baca juga: Menag Yaqut Berangkatkan 1.090 Jemaah Umrah ke Tanah Suci, Dengan Prokes yang Ketat
Selama tiga tahun terakhir, orang tua Saffie dilaporkan percaya bahwa putrinya tewas seketika dalam ledakan itu dan mengatakan mereka tidak mengira bahwa putrinya itu akan menderita. Bahkan mereka mengatakan putrinya memiliki kesehatan hidup selama lebih dari 1 jam.
Keluarganya juga mengatakan bahwa Saffie sempat bertanya kepada paramedis, "Apakah saya akan mati?" saat dia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.
"Dia bisa saja diselamatkan. Bagaimana kita terus hidup dengan informasi ini? Bagaimana kita bisa terus bernafas dengan informasi ini? Aku tidak bisa melihat foto Saffie. Karena aku sudah membaca laporan ini, aku tidak bisa melihatnya," kata Ayah Saffie kepada ABC, Senin (18/1/2021).
