Orang Jawa di Papua: Kenapa Hanya Kematian Pendeta Yeremia yang Dibahas?

- Senin, 9 November 2020 | 12:59 WIB
Kiri: Alm Pendeta Yeremia, Kanan:  Aparat gabungan TNI/Polri di Intan Jaya (Antara foto)
Kiri: Alm Pendeta Yeremia, Kanan: Aparat gabungan TNI/Polri di Intan Jaya (Antara foto)

Seorang warga keturunan Jawa yang mengaku lahir, besar, dan tinggal di Papua bernama Ari Cahyono, membagikan pengalaman hidup dan kesaksiannya selama tinggal di Papua kepada Indozone.id, terutama menyangkut konflik bersenjata antara Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan aparat TNI yang kerap terjadi.

Ari berfokus pada kasus penembakan yang menewaskan Pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya yang diduga dibunuh oleh Wakil Danramil Hitadipa, Serka AHM, yang disebut-sebut sering numpang makan di rumah sang pendeta.

"Saya menulis surat ini sebagai tanggapan terkait artikel yang diterbitkan oleh INDOZONE dengan judul "Pembunuh Pendeta Yeremia di Papua Diduga Anggota TNI, Komnas HAM Sebut Wakil Danramil" pada 3 November 2020," tulisnya di awal surat yang diterima Indozone.id, Senin (9/11/2020).

Menurutu Ari, informasi mengenai rangkaian peristiwa yang melatari penembakan pendeta tersebut, juga perlu disajikan secara menyeluruh.

"Terdapat penembakan ke arah 2 tukang ojek yang merupakan pendatang pada 9 September di Kecamatan Sugapa, serta serangan pembunuhan terhadap seorang tukang ojek lainnya dan seorang aparat keamanan pada 17 September di Sugapa dan Distrik Hitadipa. Kemudian pada tanggal 19 September terjadi baku tembak yang menewaskan seorang aparat lainnya dan hanya selang beberapa jam kemudian terjadi serangan pembunuhan terhadap seorang pendeta di Distrik Hitadipa, Intan Jaya. Semua terjadi hanya dalam kurun waktu seminggu," tulis Ari, membabarkan.

Ari menyayangkan soal pembunuhan terhadap dua tukang ojek yang informasinya banyak beredar di media sosial tidak intens dibahas media.

"Mengapa hanya kematian Pendeta Yeremiah yang dibahas media?" tanyanya.

Ari juga menuliskan bahwa di grup WhatsApp yang ia ikuti, banyak pesan berantai yang menyebutkan bahwa para warga pendatang seperti dirinya menjadi target sasaran kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Mengapa media hanya membicarakan korban jiwa tertentu? Jarang sekali media membahas lebih dalam soal pendatang yang menjadi korban. Padahal kami juga warga Papua," katanya.

Menurut Ari, dari tiga kasus penembakan yang terjadi di Papua belum lama ini, media belum menyajikan informasi yang proporsional, terutama menyangkut nasib warga pendatang yang tinggal di Papua.

"Dari berbagai kasus di Intan Jaya, mengapa hanya kasus pembunuhan pendeta yang terus dibahas? Jujur, saya sebagai pendatang merasa kecewa karena tampaknya nyawa korban-korban lain apalagi pendatang tidak berarti," katanya.

Ari mencontohkan, sebanyak hampir 33 orang pendatang meninggal dunia dalam kerusuhan yang terjadi di Wamena pada 2019 lalu. 

"Beruntungnya, penduduk setempat melindungi saya sekeluarga dari massa yang melakukan kerusuhan. Saya bersyukur saya dan keluarga saya semua selamat, tetapi saya bisa membayangkan keluarga korban lain yang kehilangan orang yang mereka cintai karena ulah KKB. Hati saya akan sangat hancur jika kejahatan yang sama menimpa ayah saya sendiri," katanya.

Seperti diketahui, pendeta Yeremia ditembak di kandang babi, diduga oleh anggota TNI yang sering numpang makan di rumahnya. 

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X