Hubungan Presiden pertama RI Soekarno dengan presiden ke-35 Amerika Serikat (AS) John Fitzgerald Kennedy dikenal cukup dekat. Mereka berdua disebut-sebut punya jiwa dan visi yang sama, terutama menyangkut hajat hidup rakyat.
Tak ayal ketika Kennedy tewas ditembak orang pada 22 November 1963 di Dealey Plaza Dallas, Texas, Soekarno sedih bukan main. Ia mengutuk penembakan sahabatnya itu.
Saking akrabnya mereka, Soekarno bahkan sudah menyiapkan Wisma Negara (semacam guest house) untuk Kennedy yang dijadwalkan akan berkunjung ke Indonesia pada tahun 1964.
Dua tahun sebelum Kennedy ditembak, Soekarno sempat berkunjung ke Gedung Putih, AS. Menurut sejumlah sumber terpercaya, di antaranya dalam buku Indonesia Melawan Amerika: Konflik Perang Dingin 1953-1963 (2008) karya Baskara T Wardaya, mereka diduga membahas banyak hal, termasuk menyangkut nasib Irian Barat (sekarang Papua).
Dari sinilah awal mula nasib PT Freeport di Mimika, Papua, yang ketika itu masih dikuasai oleh Belanda sebagai wilayah jajahan. Soekarno bilang ke Kennedy bahwa Irian Barat harus dibebaskan dari penjajahan.
Selain itu, Soekarno dan Kennedy disebut-sebut juga membahas ideologi negara, termasuk terkait komunisme di Indonesia setelah Soekarno berhubungan dengan Rusia.
Amerika tak ingin Indonesia menganut ideologi komunisme yang sangat mereka benci.
Pada kesempatan lawatan itu, Soekarno juga bertemu dengan putri sulung Kennedy, Caroline, yang saat itu masih kecil. Foto-foto lawatannya itu beredar di sejumlah media sosial.
Caroline sendiri saat ini telah berusia 64 tahun. Ketika bertemu Soekarno, dia masih terlihat sangat imut dengan baju kodok warna biru yang saat itu tengah tren untuk dipakai anak-anak.