Hisahito, Bocah 13 Tahun yang Tanggung Masa Depan Kekaisaran Jepang

- Sabtu, 19 Oktober 2019 | 11:26 WIB
Koji Sasahara/Pool via Reuters
Koji Sasahara/Pool via Reuters

Biasanya kerajaan akan dipimpin oleh orang dewasa atau tokoh yang memiliki pengaruh penting di suatu daerah, namun tidak dengan kerajaan yang ada di Jepang. Nasib kekaisaran Jepang bahkan berada di tangan seorang bocah berusia 13 tahun.

Pangeran termuda yang bakal menjadi calon pemimpin kekaisaran Jepang ini bernama Hisahito. Bulan Agustus lalu, pangeran muda ini melakukan perjalanan ke Bhutan selang beberapa bulan pamannya, Naruhito dinobatkan menjadi kaisar. Perjalanan Hisahito ke Bhutan ini dianggap sebagai debutnya untuk menjadi raja di masa depan.

-
Imperial Household Agency of Japan/Reuters

Dengan menggunakan "Hakama" atau pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki, kunjungannya ini tak banyak diketahyi oleh publik. Di pundak Hisahito, masa depan kekaisaran Jepang berada.

Tanggal 22 Oktober mendatang, pamannya Naruhito akan mengumumkan penobatannya di depan para pejabat asing dan domestik. Kaisar Naruhito telah menjadi raja sejak 1 Mei lalu, usai ayahnya Kaisar Akihito mengundurkan diri.

Jepang sendiri hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta di kekaisaran krisan kuno dan perubahan pada hukum suksesi merupakan kutukan bagi partai konservatif yang mendukung Perdana Menteri Shinzo Abe. Pangeran Hisahito (13) adalah satu-satunya laki-laki kerajaan di generasinya. Hisahito berada di urutan kedua setelah ayahnya, Putra Mahkota Akishino,(53) adik lelaki kaisar.

-
Imperial Household Agency of Japan/Reuters

"Di bawah aturan suksesi saat ini, Pangeran Hisahito pada akhirnya akan menanggung seluruh beban untuk melanggengkan keluarga kekaisaran. Tekanan yang akhirnya akan pangeran ini terima terlalu sulit untuk direnungkan." keterangan dari surat kabar Asahi.

Hisahito yang lahir tahun 2006 dianggap mukjizat oleh kaum konservatif yang ingin mempertahankan suksesi khusus pria. Hal ini karena sejak tahun 1965, tidak ada laki-laki di kekaisaran yang lahir. Setelah delapan tahun menikah, istri kaisar, Masako, melahirkan seorang gadis, Putri Aiko, yang mendorong gerakan untuk merevisi undang-undang suksesi dan membiarkan perempuan mewarisi dan meneruskan takhta. Namun undang-undang tersebut ditunda karena lahirnya Hisahito.

"Konservatif merasa bahwa kehendak surga telah terungkap," kata Hidehiko Kasahara, seorang cendekiawan ilmu politik di Universitas Keio.

-
Imperial Household Agency of Japan/Reuters

Peran kerajaan, suksesi kekaisaran

Rencana kerajaan mengangkat Hisahito sebagai kaisar muda kini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama dari ahli dan media. Apakah Hisahito sudah dipersiapkan dengan baik untuk masa depan.

"Adalah penting untuk membuatnya sadar bahwa ia berada dalam posisi untuk mewarisi takhta ketika berinteraksi dengan orang-orang, dan untuk mengingatnya, sejak usia dini," kata Kasahara.

Konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia Kedua tidak memberi kaisar otoritas politik, dan menunjuknya sebagai "simbol Negara dan persatuan rakyat".

-
Eugene Hoshiko/Pool/REUTERS

Hisahito sendiri bersekolah di sekolah menengah pertama yang berafiliasi dengan Universitas Ochanomizu, menjadikannya anggota keluarga kekaisaran pertama sejak perang yang belajar di luar sekolah swasta SMP Gakushuin.

Tak seperti kakeknya, Akihito, yang mengukir peran aktif sebagai simbol perdamaian, demokrasi dan rekonsiliasi dengan para korban agresi Jepang di masa perang. Akihito dibimbing oleh Shinzo Koizumi, mantan presiden Universitas Keio, antara lain, dan kemudian menjadi panutan bagi putranya, Naruhito, kata para sarjana.

"Sangat penting untuk memiliki seseorang yang dapat menentukan dengannya apa yang cocok untuk seorang raja abad ke-21," kata Naotaka Kimizuka, seorang ahli monarki Eropa di Universitas Kanto Gakuin.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X